TEMPO.CO , Jakarta - Pengamat politik Ikrar Nusa Bakti mengatakan beban politik presiden terpilih, Joko Widodo, akan lebih rendah jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga bahan bakar minyak saat ini.
Ikrar mencontohkan, berdasakan hitungan keekonomisan yang dia dengar dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, idealnya pemerintah harus menaikkan BBM sebesar Rp 4.000-4.500 per liter. (Baca: SBY-Jokowi Tidak Hanya Bahas BBM)
"Nah, kalau SBY menaikkan Rp 1.000-1.500 per liter saja, itu akan membantu sekali bagi Jokowi nanti. Beban Jokowi jadi tidak terlalu berat jika nantinya dia menaikkan hingga sebesar Rp 3.000-3.500 per liter. Publik juga tidak akan kaget," kata Ikrar ketika dihubungi Tempo, Rabu, 27 Agustus 2014.
Ikrar mengakui bahwa saat ini BBM bukan semata barang publik yang tersedia, melainkan telah menjadi komoditas politik. (Baca: Pertamina: Harga BBM Cukup Naik Rp 500 per Liter)
Menaikkan harga BBM sebesar Rp 1.000-1.500 per liter, kata Ikrar, merupakan suatu hal yang berat bagi pemerintah karena BBM memiliki multiplier-effect yang banyak, seperti menyangkut transportasi barang, harga barang kebutuhan pokok, dan lainnya.
Menurut dia, semua pemerintahan yang terbentuk saat ini akan harus menaikkan harga BBM. "Ingat, total anggaran subsidi kita, termasuk untuk subsidi pupuk, BBM, dan lainnya, total sebesar Rp 436 triliun atau sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," kata dia.
RIDHO JUN PRASETYO
Berita Terpopuler
Prabowo: Kalian Berkhianat? Dapat Apa dari Jokowi?
Ada Ketegangan Selama Prabowo Menonton Putusan MK
Indonesia Bentuk Timnas U-19 Baru, Mengapa?
Hatta ke Prabowo: Mau Sampai Kapan Begini Terus?
Prabowo Ditemani Tokoh Ini Saat Putusan MK