TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi menilai popularitas adalah alasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menaikkan harga BBM menjelang akhir kepemimpinannya. "Mau populis aja. Mana ada dia berani," katanya saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Kamis, 28 Agustus 2014. (Baca: JK: Kami Siap kalau SBY Ragu Naikkan Harga BBM)
Dia menuturkan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi adalah sebelum Joko Widodo, presiden terpilih 2014-2019, dilantik pada 20 Oktober mendatang. Namun Sofyan kecewa karena SBY sudah mengumumkan bahwa dia tak akan menaikkan harga BBM saat di Bali. "SBY tidak berani. Kan sudah dibilang di Bali, tidak naik," ujarnya. (Baca: Kenaikan BBM Ditunda, Rupiah Menguat)
Dia mengatakan risiko yang dihadapi pemerintah akibat menaikkan harga BBM adalah inflasi selama enam bulan pertama. Inflasi, ujar dia, diakibatkan oleh kenaikan harga barang untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM. "Selama itu saja, sekali shock itu aja, karena kami naikkan harga-harga," tuturnya. (Baca: Pengusaha Ingin Jokowi Naikkan Harga BBM)
Pengusaha, menurut dia, sejak lama mendukung kebijakan kenaikan harga BBM agar dunia usaha mengalami kepastian. Selama ini, kata dia, kurangnya bangunan infrastruktur, melemahnya nilai tukar rupiah, dan defisit anggaran disebabkan oleh alokasi subsidi BBM. "Kalau harga BBM dinaikkan, bunga exchange rate, defisit kita pasti langsung membaik."
ALI HIDAYAT
Terpopuler:
Hasil Pleno, Demokrat Tetap Koalisi Merah Putih
Ditolak SBY, Jokowi Siap Naikkan Harga BBM
Pelat Nomor Lamborghini Lulung Tak Terdaftar
Jokowi Diuntungkan Jika SBY Naikkan BBM
SBY-Jokowi Tidak Hanya Bahas BBM