TEMPO.CO , Jakarta: Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung membantah pemerintah memberikan jaminan untuk menambah pasokan jika kuota bahan bakar minyak jebol sebelum akhir tahun. "Tidak ada yang bilang begitu, siapa yang bilang begitu? Kuota itu urusan pemerintah, Pertamina tugasnya menyalurkan apa yang diminta pemerintah," ujar dia di kantornya, Jumat 29 Agustus 2014 malam.
Menurut Chairul, normalisasi penyaluran BBM terpaksa ditempuh pemerintah untuk mengembalikan persediaan minyak, bukan untuk menjamin penambahan kuota. Sebab, ternyata upaya penghematan BBM justru membuat masyarakat menderita. "Makanya pemerintah meminta Pertamina menormalkan pasokan BBM. Kalaupun sampai terjadi antrean, tetap dalam batasan wajar," ungkapnya. (Baca: Chatib: Naikkan BBM, Jokowi Tak Perlu Izin DPR)
Untuk menekan panjangnya antrean, Chairul meminta Pertamina dan semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tidak melayani pembelian dalam jumlah besar, apalagi yang menggunakan jiriken. "Agar BBM betul-betul digunakan untuk kepentingan sehari-hari, bukan untuk diperdagangkan dan spekulasi," kata dia.
Namun jika upaya tersebut tetap tidak mampu menahan lonjakan konsumsi yang membuat kuota 46 juta kiloliter jebol, Chairul menyarankan pemerintah mendatang menggunakan peraturan pengganti undang-undang meminta penambahan kuota. "Dalam APBNP itu ada pasal yang memungkinkan dilakukan perubahan dan itu harus dikonsultasikan dengan DPR," ujarnya. (Baca: Demokrat Sebut Alasan SBY Tak Naikkan Harga BBM)
Aturan itu, lanjut Chairul, bisa digunakan saat keadaan negara benar-benar dalam keadaan kritis, sementara kondisi saat ini diakuinya masih dalam taraf wajar hingga beberapa bulan ke depan. "Peraturan, undang-undang dibuat tidak untuk menyengsarakan masyarakat," ungkapnya.
Chairul mengklaim, sebelum masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II berakhir 20 Oktober mendatang, kuota BBM masih aman. "Saya Menko Perekonomian sampai 20 Oktober. Nanti setelah 20 oktober kita serahkan kepada pemerintah yang akan datang, dia maunya bagaimana kita ikut saja," kata dia.
Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, kebutuhan rata-rata harian Premium dan Solar selalu lebih besar dari kuota yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014. Konsumsi Premium rata-rata 81.132 kiloliter per hari atau lebih tinggi dari kuota 80.024 kiloliter. Sedangkan konsumsi Solar rata-rata 43.207 kiloliter per hari, melebihi kuota yang sebesar 41.452 kiloliter per hari. (Baca: Kuota BBM Berpotensi Jebol 1,35 Juta KL)
JAYADI SUPRIADIN
Terpopuler:
Ajudan Nazar Akui Pernah Antarkan Uang buat Ibas
Ini Ulah Pertama Balotelli di Liverpool
Warga Kutai Diterkam Buaya
Jokowi Tak Janjikan Jabatan, PPP Ogah Bergabung
Lama Tak Bertemu, Machfud: Anas Terkencing-kencing