TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Sektor Makasar, Jakarta Timur, Sutarjo mengatakan pemicu tawuran warga di Makasar pada hari ini, 1 September 2014, adalah rebutan lahan tanah yang tidak jelas siapa pemiliknya.
"Jadi, awalnya ada beberapa warga yang ribut dengan orang-orang keturunan Flores karena masalah tanah. Lalu, warga tersebut lapor ke Ketua Rukun Tetangga 10, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Arjuna Karus. Kemudian, ketua RT tersebut menghampiri orang-orang Flores tersebut dengan maksud untuk mencari solusi," ujarnya kepada Tempo, Senin, 1 September 2014.
Setelah bertemu dengan orang-orang Flores tersebut, tutur Sutarjo, Arjuna malah dipukuli hingga mengalami luka ringan. Selanjutnya, Arjuna melaporkan kejadian ini ke Polsek Makasar.
Sepulangnya dari melapor, Arjuna menemukan bahwa warga telah mengepung orang-orang Flores tersebut dengan maksud menghajar mereka. "Akhirnya, kami dari Polsek Makasar datang ke tempat kejadian perkara dan mengamankan 12 orang Flores tersebut agar tidak terkena amuk massa."
Ketika ditanya mengenai kepemilikan tanah tersebut, Arjuna mengatakan tanah tersebut biasa digunakan oleh seorang ibu, warga Jalan Nurbaya 2, Pinang Ranti, Jakarta Timur, untuk ternak lele. "Saya sebagai ketua RT sebenarnya hanya menengahi dan menjelaskan kepada sekelompok orang Flores tersebut bahwa tanah bedeng itu akan digunakan oleh warga tersebut untuk warung," ujar Arjuna ketika dihubungi Tempo, Senin, 1 September 2014.
Kejadian pemukulan terhadap ketua RT tersebut juga memicu amarah anggota Badan Pembina Potensi Keluarga Besar Banten (BPPKB Banten), karena Arjuna merupakan ketua organisasi tersebut. "Mungkin karena solidaritas, sehingga mereka turut berbaur dengan massa," kata Arjuna.
HERMAWAN SETYANTO
Baca juga:
JK Tak Takut Pemerintahan Jokowi Dijegal DPR
Florence 'Ratu SPBU' Gemar Melukis
Ini AKBP Idha, Perwira yang Ditangkap di Malaysia
Kasus 'Polisi Narkoba', Kapolri Diminta Mundur