TEMPO.CO, San Juan la Laguna - Sekelompok kaum Yahudi Ortodoks diusir dari desa terpencil di Guatemala setelah mereka terlibat konflik dengan warga. Sebelumnya mereka menetap di Kanada, kemudian pindah ke Guatemala karena merasa menemukan kawasan yang menghargai kebebasan beragama.
Kelompok Yahudi Ortodoks bernama komunitas Lev Tahor ini pada Jumat, 29 Agustus 2014 tampak mengemasi barang-barang mereka di San Juan la Laguna untuk diangkut dengan bus menuju Guatemala City, yang berjarak 150 kilometer dari kota itu, setelah selama berminggu-minggu bermusuhan dengan penduduk lokal.
Menurut laporan kantor berita AFP, Dewan Tetua Kota pada pekan lalu memaksa komunitas Yahudi meninggalkan kediaman mereka lantaran menyiksa penduduk asli dan wisatawan di daerah itu. (Baca: Helikopter Jatuh Tewaskan Calon Menteri Guatemala)
Warga setempat dalam keterangannya mengatakan kaum Yahudi Ortodoks, Lev Tahor, datang dari Kanada pada Maret 2014. Mereka menerapkan ajaran agama yang sangat ketat dan bentrok dengan pejabat pemerintahan.
Lev Tahor didirikan pada 1980-an oleh Israeli Shlomo Helbrans, sesuai dengan ajaran Yudaisme. Sayangnya pers tidak mendapatkan keterangan lebih lanjut karena Helbrans menolak diwawancarai wartawan. Adapun pemimpin Lev Tahor lainnya di San Juan, Rabbi Uriel Goldman, mempertanyakan pengusiran mereka. (Baca: Tiga Pemerkosa di Guatemala Dibakar Hidup-hidup)
Goldman yakin bahwa seluruh warga desa di Guatemala sangat bersahabat. Namun, pengusiran ini didorong oleh kelompok minoritas akibat konflik politik lokal. "Saya tak bisa mengerti mengapa mereka tidak menginginkan kami. Kami tidak melakukan sesuatu yang buruk di sini," ucap Goldman kepada Reuters.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler:
Nasib Pasukan Asal Fiji di Suriah Belum Diketahui
Korban Ebola di Afrika Barat Mencapai 20 Ribu Jiwa
Pesawat Jatuh di Denver, Semua Penumpang Tewas
Anjing Ini 17 Ribu Kali Gagal Diadopsi, Kenapa?
William dan Kate Middleton Nyaru Jadi Warga Sipil