TEMPO.CO, Jakarta: Pada Juni 2013, Fraksi PDI Perjuangan merupakan salah satu partai yang menolak opsi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam sidang paripurna. Kini sikapnya berbalik. Anggota Komisi Keuangan dari PDI Perjuangan, Arif Budimanta, mengatakan ada perbedaan mendasar yang melatarbelakangi opsi kenaikan BBM.
"Pertama, lantaran saat itu nilai tukar rupiah yang terus melemah," kata Arif di Jokowi-JK Center, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 1 September 2014. "Berbeda dengan kondisi 2013 yang nilai tukarnya hanya sekitar Rp 10 ribu per dolar." (Baca: Kenaikan Harga BBM Bakal Lambungkan Harga Pangan)
Adapun saat ini, kata dia, jika ingin mengimpor BBM dengan total volume yang sama, pemerintah harus membayar harga sebanyak 120 persen lebih mahal ketimbang harga pada 2013. "Karena ada deflasi nilai tukar rupiah," ujarnya.
Kedua, produksi lifting minyak dalam negeri yang kini anjlok. Dulu lifting bisa 1 juta hingga 950 ribu per barel per hari. Sekarang hanya 800 ribu barel. Sedangkan untuk konsumsi dulu masih di bawah angka 45 juta kiloliter. Sekarang sudah 48 juta kiloliter. "Sudah mau jebol." (Baca: Ini Cara Risma Antisipasi Kenaikan Harga BBM)
Ketiga, kondisi perekonomian dunia dulu, termasuk harga komoditas ekspor, masih baik. Tapi sekarang, Arif mengklaim kondisinya jauh menurun. "Pajak dari sektor ekspor-impor tak bagus sekarang." Pajak, kata dia, dalam dua tahun ini tak mencapai target.
Jika mau meningkatkan kemakmuran rakyat, kata Arif, negara harus meningkatkan sektor produktif. Semisal, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, atau hanya untuk sekedar kepentingan subsidi kendaraan. "Kita teruskan subsidi BBM, maka pendidikan 12 tahun tidak berjalan. Pembangunan rumah sakit dan penjaminan kesehatan tidak bertambah," ujarnya. (Simak: Chatib Basri Usulkan Angka Subsidi BBM Dipatok)
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Baca juga :
Cerita Korban Dugaan Pelecehan oleh Gubernur Riau
Ibas Bantah Terima Uang dari Nazaruddin
Ronaldinho Segera Main di ISL
Pilot Garuda Meninggal, Diduga Serangan Jantung
Kronologi Penangkapan Dua Polisi RI di Malaysia