TEMPO.CO, Bojonegoro - Sebanyak 29 desa atau kelurahan di 10 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih akibat kekeringan. Kondisi ini diperparah dengan menyusutnya debit air Sungai Bengawan Solo dan Waduk Pacal di Bojonegoro.
Sebagian penduduk dari 10 kecamatan tersebut telah mengajukan permintaan bantuan air bersih. “Ya, sudah ada pengajuan bantuan air,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Amir Sahid kepada Tempo, Selasa, 2 September 2014.
Dari 10 kecamatan yang mengalami krisis air, sebagian telah berada jauh dari Sungai Bengawan Solo, terutama di Bojonegoro bagian selatan. Di antaranya Kecamatan Ngasem, Ngambon, dan Tambakrejo.
Menurut Amir Sahid, area krisis air pada kemarau tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kemarau 2013, krisis air menyebar di 19 kecamatan di 59 desa/kelurahan.
Jumlah wilayah yang terkena krisis air berkurang lantaran sejumlah BPBD dan Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi menyuplai air ke sejumlah desa di daerah rawan kekeringan. Selain itu, beberapa desa diberi bantuan berupa tandon air atau water tower, seperti di Kecamatan Kedungadem dan Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Sumber Daya Air (UPT-SDA) Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom mengatakan stok air di Waduk Pacal sudah kritis. Persediaannya hanya cukup untuk mengairi palawija dan dilarang untuk mengairi padi di sawah.
SUJATMIKO
Berita lain:
Situs Seleksi CPNS 2014 Sulit Diakses Publik
Datangkan Falcao, MU Catat Rekor Terboros
Soal Bocoran Kabinet, Ini Kata Jokowi