TEMPO.CO, Sidoarjo - Aktivitas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dihentikan warga sejak empat bulan yang lalu. Akibatnya, debit luapan lumpur Lapindo semakin tinggi mendekati bibir tanggul dan apabila dibiarkan tanggul terancam jebol. “Kami terus siaga satu eskipun mesin pengeruk tidak boleh difungsikan,” kata juru bicara BPLS, Dwinanto Hesti Prasetyo, kepada Tempo, Rabu, 3 September 2014.
Menurut Dwinanto, kondisi yang mengkhawatirkan itu terdapat di titik 21 Tanggul Siring, tepatnya di sisi sebelah barat laut tanggul lumpur Lapindo. Di titik tersebut, kata dia, genangan air sudah terbilang tinggi dan mendekati bibir tanggul. Bahkan, di sebagian titik, genangan air sama dengan tanggul. (Baca juga: Kawasan Luapan Lumpur Lapindo Dipadati Turis)
Namun begitu, Dwinanto meyakini bahwa kondisi tersebut tidak sampai mengancam jiwa warga korban lumpur Lapindo. Sebab, wilayah tersebut jauh dari perumahan lantaran warga setempat sudah banyak yang pindah. Khusus di titik selatan, apabila jebol atau meluber, ada penampungan luas yang bisa digunakan untuk mengantisipasi bahaya.
Dwinanto mengatakan yang paling mengkhawatirkan adalah tanggul di sisi sebelah barat. Sebab, jika meluber atau bahkan jebol, akan langsung mengenai rel kereta dan Jalan Raya Porong. Jika rel dan Jalan Raya Porong terkena lumpur, akan menyusahkan orang banyak. “Pokoknya kami upayakan supaya tidak sampai mengenai dua obyek vital itu,” katanya.
Nanik, warga sekitar lumpur Lapindo yang berada di dalam peta area terdampak, mengatakan warga korban lumpur Lapindo sudah tidak mau tahu bagaimana kondisi lumpur Lapindo, apakah mengancam bahaya atau tidak. “Kami hanya ingin ganti rugi dilunasi, itu saja,” ujarnya.
Apabila ganti rugi dilunasi, kata dia, warga korban lumpur Lapindo akan mengizinkan BPLS beroperasi kembali seperti biasa.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita lain:
Penyebar Foto Bugil: Saya Kolektor, Bukan Hacker
Ketemu Jokowi, Hatta Bantah Hendak Merapat
Soal Skandal Asusila, Ini Pengakuan Gubernur Riau