TEMPO.CO, Jakarta - Aksi protes warga mewarnai proses pembebasan lahan di Kalibaru, Jakarta, yang dituntaskan hari ini. Tak hanya protes, anak-anak kecil dan lansia tampak menangis, tak rela rumahnya dirobohkan.
"Mereka mengamankan rongsokan, hak kami tidak diamankan. Kami bukan warga liar," kata Rohilah sembari menahan air matanya saat perabot rumahnya dibereskan petugas, Rabu, 3 Agustus 2014. (Baca juga: Foke dan Jokowi Ditantang Tak Gusur Rumah Warga)
Rohilah mengatakan uang ganti rugi tidak cukup untuk membeli rumah baru. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp 1,9 juta per meter persegi untuk pembebasan lahan tersebut. "Uang segitu dapat apa? Iya, kalau saya PNS (pegawai negeri sipil), bisa beli di perumahan," ujarnya.
Anak-anak Rohilah pun tampak menangis melihat proses penggusuran itu. "Tadi dia lagi tidur, jadinya kaget. Kasihan psikologis anak, dia sampai enggak mau sekolah," kata Rohilah.
Rohilah berkeras untuk mendirikan tenda di bekas rumahnya. Hal serupa juga diungkapkan Siti Asiyah, 38 tahun. Dia memprotes penggusuran itu lantaran belum terima uang ganti rugi. "Kami sudah koordinasi dengan Pak Jokowi, katanya akan dipertimbangkan lagi. Tapi belum ada keputusan, kok, tiba-tiba digusur," kata Siti.
Sekretaris Kota Jakarta Utara Junaedi berujar bahwa pihaknya telah memberikan tenggat waktu selama 14 hari untuk mengosongkan rumah. Dua pekan itu terhitung sejak penggusuran pertama dilakukan, yakni pada pertengahan Agustus lalu.
"Kalau dia belum terima, ya, wajar, wong mereka enggak mau ngambil uangnya di pengadilan. Kan, sudah kami titipkan ke sana, tinggal ambil," tutur Junaedi.
Meski demikian, proses pembebasan lahan Jalan Tol Tanjung Priok ini berjalan dengan lancar. Sebanyak 700 personel yang terdiri dari satuan polisi pamong praja, polisi, dinas kebersihan, dan kesehatan diturunkan untuk membantu pembebasan lahan.
DEWI SUCI RAHAYU
Berita lain:
Ketemu Jokowi, Hatta Bantah Hendak Merapat
MU Terkena Karma Manchester City
May Myat Noe, Sang Ratu Kecantikan Sesaat