TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan dari penguatan dolar Amerika Serikat dan ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat rupiah kekurangan tenaga untuk menguat. (Baca juga: IHSG Melemah Akibat Kabar Kelangkaan BBM )
Transaksi di pasar uang, Selasa, 2 September 2014, memperlihatkan rupiah melemah 31 poin (0,27 persen) ke level 11.748 per dolar AS. Rupiah bergerak bersama mata uang Asia lainnya yang juga terdepresiasi oleh greenback.
Analis pasar uang dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan data-data ekonomi dalam negeri menunjukkan perbaikan, neraca perdagangan mencatat surplus, dan inflasi terkendali. Namun rupiah masih melemah. "Penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia menghambat laju rupiah," katanya.
Dia menambahkan, data-data ekonomi Amerika yang membaik semakin mengukuhkan dolar sebagai aset paling aman (safe haven). Pemulihan ekonomi membuat pelaku pasar lebih gencar menanamkan dana di Negeri Abang Sam. Selain itu, masih adanya risiko konflik dan ketidakpastian politik di Ukraina dan Timur Tengah akan membuat pelaku pasar cenderung mencari aman dengan memegang dolar. (Baca juga: Surplus Perdagangan Dorong Indeks Harga Saham)
Di sisi lain, menurut Reny, pelaku pasar masih melihat dan menunggu kepastian pencabutan subsidi BBM, apakah akan dinaikkan pada pemerintahan saat ini atau pemerintahan mendatang dan kapan waktunya. Bila sudah ada kepastian soal kenaikan harga BBM, pasar baru akan kembali bereaksi. "Pasar berharap defisit ganda yang dialami Indonesia bisa dikurangi secara bertahap.” (Baca: Ekonomi Lesu, Rupiah Melemah)
Reny optimistis kepastian kenaikan harga BBM akan berdampak positif bagi fundamental ekonomi jangka panjang. Perbaikan fundamental tersebut sangat diperlukan bagi rupiah untuk menghadapi likuiditas dolar yang semakin terbatas seiring dengan pengetatan kebijakan moneter dan rencana kenaikan suku bunga Fed Rate tahun depan.
Hari ini rupiah diperkirakan masih akan bergerak di kisaran 11.680-11.747 per dolar AS. Pelaku pasar akan menanti data ekonomi global teranyar yang dirilis dalam waktu dekat, misalnya, indeks manufaktur AS dan pernyataan bank sentral Eropa yang berkaitan dengan stimulus.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Isi Pertemuan Jokowi dengan Hatta Rajasa
Mengapa SBY Mustahil Jadi Sekjen PBB
Foto Bugil Jennifer Lawrence Asli
Soal Bocoran Kabinet, Ini Kata Jokowi