TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Recapital Securities, Agustini Hamid, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak negatif bagi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Sebab, kenaikan harga BBM mengerek biaya operasional dan mengurangi pendapatan emiten. "Ini bakal mengurangi minat investor untuk membeli saham," kata dia kepada Tempo, Rabu, 3 September 2014. (Baca juga: Tommy Soeharto: Jangan Sok Pintar Soal Subsidi BBM)
Menurut Agustini, ada tiga sektor saham yang paling rentan terkoreksi saat harga BBM naik. Sektor pertama adalah otomotif. Sebab, tingkat penjualannya bisa menurun setelah harga BBM bersubsidi naik. Dia mengimbau investor untuk menghindari saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) saat harga BBM naik. “Dengan posisinya sebagai saham lapis utama, ASII rawan terkoreksi tajam,” tutur Agustini. (Baca juga: Demokrat Sebut Alasan SBY Tak Naikkan Harga BBM)
Sektor kedua adalah perbankan karena inflasi akibat kenaikan harga BBM bisa memancing Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate). BI rate yang tinggi menyebabkan likuiditas menjadi sangat ketat sehingga menekan pertumbuhan laba perbankan. (Baca juga: Jokowi-JK Naikkan Harga BBM, Buruh Siap Unjuk Rasa)
Agustini menyarankan investor untuk menunda kepemilikan saham Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Sektor properti pun rawan terjegal kenaikan harga BBM, inflasi, dan BI rate. Setelah BI rate naik, permintaan properti bakal menurun. Saham yang harus dihindari, kata Agustini, antara lain BSDE dan APLN.
Seperti diketahui, saat ini berkembang wacana agar pemerintahan baru di bawah Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebagian kalangan menganggap langkah ini penting untuk menyiasati ruang fiskal yang sempit. Namun, realisasi atas rencana ini belum jelas. (Baca: Cadangan Anggaran Pemerintah Masih Rp 90 Triliun)
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Ketua KPK: Jero Wacik Lakukan Pemerasan
Pembelaan Jenderal Sutarman untuk Polisi 'Narkoba'
May Myat Noe, Sang Ratu Kecantikan Sesaat