TEMPO.CO, Jakarta - Baru tujuh bulan diangkat menjadi Gubernur Riau, Annas Maamun sudah menuai berbagai sorotan negatif. Annas dilantik pada 19 Februari 2014. Ia menggantikan pejabat lama, Rusli Zainal, yang kini mendekam di Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi lantaran terjerat kasus korupsi PON Riau.
Sebelum menjadi gubernur, Annas pernah menjabat Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis, Ketua DPRD Kabupaten Rokan Hilir, dan Bupati Rokan Hilir. Berikut ini tujuh aksi kontroversi Gubernur Riau Annas Maamun:
1. Pengakuan Eks Pekerja Rumah Tangga
Saat masih menjadi Bupati Rokan Hilir, Annas diduga melakukan tindak asusila terhadap S, pembantunya. Kepada sejumlah media pada pertengahan November tahun lalu, perempuan berusia 52 tahun itu bercerita awalnya Annas yang kelihatan capek meminta S memijat beberapa bagian tubuhnya. Lantaran yang meminta itu majikan, S pun manut. Awalnya proses pemijatan tersebut berlangsung sopan layaknya majikan dan pembantu. Namun, belakangan Annas mengajak S berhubungan badan. Seingat S, dua kali mereka pernah benar-benar berhubungan badan. (Baca: 3 Skandal Asusila Gubernur Riau yang Bikin Heboh)
Menanggapi tudingan S, Annas mengaku banyak isu yang dibangun di tengah masyarakat tentang dirinya, antara lain isu dugaan korupsi, perselingkuhan, dan terlibat G-30S PKI. Ia sengaja tidak membalas semua itu karena ia menyangkal melakukannya. "Saya ini bupati. Kalau pun mau selingkuh masak dengan perempuan tua. Saya bisa mencari yang lebih muda lah sedikit," katanya saat menghadiri lokakarya peningkatan pembangunan desa di Kepulauan Meranti, Selasa, 19 November 2013.
2. Memaki-maki Jurnalis
Kekesalan Annas dipicu oleh berita sejumlah media yang menuding dia mulai membangun dinasti politik di Riau. Annas mengangkat sanak famili dan anak-menantu untuk menempati pos-pos penting di Bumi Lancang Kuning. Dalam satu kunjungan ke Komisi Pemilihan Umum Riau, 17 April 2014 atau dua bulan setelah dilantik menjadi gubernur, wartawan bertanya tentang pengangkatan yang kontroversial itu.
Bukannya memberikan klarifikasi, Annas justru menghardik dan mengucapkan kata-kata kasar kepada jurnalis yang sudah menunggunya. “Jangan dinasti-dinasti lagi, Pant*k!” Kata Pant*k adalah kata kasar yang kerap dipakai oleh masyarakat di daerah Sumatera bagian tengah. Pertanyaan jurnalis terbilang wajar karena sehari sebelumnya banyak kerabat Annas diberi jabatan penting.
Rabu, 16 April 2014, Annas melantik anak kandungnya, Fitriana, menjadi Kepala Seksi Mutasi dan Nonmutasi Badan Kepegawaian Daerah Riau. Winda, anak Annas lainnya, diangkat menjadi Kepala Seksi Penerimaan UPT Dinas Pendapatan Daerah Riau. Annas juga mengangkat saudara iparnya, Syaifuddin, menjadi Kepala Subbagian Tata Usaha Bagian Kas Daerah Biro Keuangan Sekretaris Provinsi Riau.
Selanjutnya: Kasus ijazah palsu