TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan bangga dengan diterapkannya kurikulum 2013. "Kalau saya, tanpa ada yang menyebut pun saya bangga," ujar Nuh setelah jumpa pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat, 5 September 2014.
Menurut Nuh, sebelum menerapkan kurikulum ini, pihaknya sudah merancang ide-ide dasar dari konten kurikulum tersebut. Nuh mengatakan sebelumnya Kemdikbud sudah melakukan review terhadap kebijakan kurikulum 2013 ini sebelum diterapkan. (Baca: Serikat Guru: Kurikulum 2013 Itu Celaka 13)
Meski jabatan menterinya tinggal menghitung hari, Nuh yakin kurikulum 2013 ini akan tetap berlanjut pada pemerintahan Joko Widodo. "Insya Allah," ujar Nuh. Kalaupun ditolak, Nuh menyebutkan apakah ada jaminan lain jika kurikulum ini dibatalkan. "Jaminan apa kalau ditolak," ujarnya.
Adapun kurikulum 2013 berbasis kompetensi ini berbeda dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebelumnya, yakni kurikulum 2006. Kurikulum 2013 lebih banyak menerapkan praktek dalam proses belajar-mengajar. (Baca: Kurikulum 2013 Disusupi Mafia Buku)
Kehadiran kurikulum 2013 menuai berbagai kritik dari para pendidik maupun orang tua murid. Peneliti Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesian Corruption Watch, Siti Juliantari, mengatakan penerapan kurikulum 2013 sudah menunjukkan tanda-tanda kegagalan. Di antaranya, buku pelajaran untuk siswa belum tersedia di semua sekolah. Hal ini membuat murid dan orang tuanya mengadakan sendiri buku tersebut dengan cara memfotokopi, membeli di toko buku, atau mengunduh dari Internet.
TRI SUSANTO SETIAWAN
Baca juga:
Demi Wartawan, Jokowi Stop Bus Rombongan Presiden
Banyak yang Mengaku Tim Transisi, CT Prihatin
Sikap PKS tentang Pemindahan Makam Nabi
Syafii: Percuma, Makam Nabi Dipindahkan
Dua Unit F-16 Hibah Amerika Serikat Bermasalah?