TEMPO.CO, Jakarta - Pesohor yang juga simpatisan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Olga Lidya, mengatakan pemberian subsidi bahan bakar minyak adalah bentuk ketidakadilan. "Pemerintah berikan subsidi kepada orang yang mampu beli kendaraan. Kalau enggak punya maaf-maaf saja," ujarnya dalam dalam diskusi bertajuk Subsidi BBM Solusi atau Masalah pada Ahad, 7 September 2014.
Menurut Olga, dana untuk rakyat miskin jauh lebih kecil dibanding subsidi yang diterima oleh masyarakat mampu. “Kan, lucu kebijakan seperti ini,” katanya. (Baca: Soal BBM, SBY Ulang MAsa Transisi 2004)
Dalam diskusi yang sama, pengamat ekonomi Faisal Basri menyebut permasalahan bahan bakar minyak seperti kanker ganas yang sudah menyebar ke berbagai sektor. "Konsumsi BBM lebih banyak dari produksi, " katanya.
Menurut Faisal, anggaran negara sudah lama kebobolan dalam pemberian subsidi. Musababnya, dari sebelas tahun terakhir, hanya pada 2009 biaya subsidi BBM lebih kecil daripada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. "Selama 10 tahun, subsidi dibayar oleh utang," ujarnya.
Konsumsi BBM saat ini, kata Faisal, meningkat hingga 10 juta kiloliter dibandingkan dengan tahun 2009, dengan kondisi harga minyak di pasar dunia menembus US$ 100 per barel. "Produksi negara hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Menurut Faisal, pemerintah perlu menaikkan harga BBM pada September karena nilai inflasi saat itu terbilang rendah. Jika SBY tidak mau, pemerintah Jokowi dapat melakukannya pada November. "Pertanyaannya, SBY mau tidak?" katanya. (Baca: Jokowi Putuskan Harga BBM di Akhir Tahun)
SAID HELABY
Baca juga:
'Polisi Syariat' Berpatroli di Jerman
IP Address Penghina Ridwan Kamil di Jakarta
Eks Bupati Aru Thedy Tengko Meninggal di Penjara
Di Maria Punya Guru Bahasa Inggris Pribadi
Siswa SMP di Sumenep Diadukan Cabuli 8 Anak