TEMPO.CO, Malang - Tujuh kecamatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami kekeringan sejak Juli hingga kini. Penduduk setempat semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Eka Hafi Lutfi mengatakan, dari tujuh kecamatan, Kecamatan Singosari dan Kecamatan Kalipare merupakan daerah yang mengalami kekeringan parah. Sedangkan kekeringan di lima kecamatan lain, yakni Bantur, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Pagak, dan Sumberpucung, belum parah. "Penduduk di lima kecamatan itu belum meminta pasokan air bersih," kata Lutfi, Senin, 8 September 2014.
Namun, Lutfi melanjutkan, pihaknya bersama Palang Merah Indonesia (PMI), perusahaan daerah air minum (PDAM), dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tetap bersiaga dan sangat siap mengirimkan air bila diminta. "Petugas kami pun proaktif memantau di lapangan," ujar Lutfi.
Sekretaris PMI Kabupaten Malang Aprillijanto menambahkan, kendati tidak merata, kekeringan yang sangat parah membuat 807 keluarga di Desa Wonorejo, Kecamatan Singosari; dan 793 keluarga di Desa Putukrejo, Kecamatan Kalipare, mengandalkan pasokan air bersih dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Karena sumur bor yang biasa mereka pakai sehari-hari mengering. Debit air di desa setempat makin kecil dan nyaris kering juga," kata Aprillijanto.
Air didistribusikan dua kali sehari atau disesuaikan dengan permintaan warga lewat pemerintah desa. Air bersih yang dikirim ke Wonorejo sebanyak 15 ribu liter, masing-masing 5 ribu liter untuk penduduk di tiga dusun, yakni Blandit Barat, Blandit Timur, dan Banyol. Sedangkan air bersih yang dikirim ke Desa Putukrejo kemarin sebanyak 10 ribu liter.
Direktur Teknik PDAM Kabupaten Malang Sulasmini mengungkapkan, pada September 2011, 22 titik di tujuh kecamatan itu berpotensi mengalami kekeringan. Selain lewat pendistribusian, kesulitan air bersih juga disiasati dengan melakukan pengeboran di beberapa dusun berdasarkan pemetaan daerah rawan kekeringan.
Daerah langganan kekeringan dibagi menjadi tiga kategori, yakni kekeringan langka terbatas, kekeringan langka, dan kekeringan kritis. Kategori pertama didefinisikan sebagai daerah dengan ketersediaan hanya 30-60 liter per hari, yang jarak dari permukiman lokasi dan sumber air bersih 0,1-0,5 kilometer. Airnya masih cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum, memasak, mencuci alat dapur, dan mandi.
Kategori kekeringan langka merujuk pada ketersediaan air di suatu daerah sebanyak 10-30 liter per hari dan hanya cukup untuk minum, masak, dan mandi, yang jarak tempat tinggal warga dan lokasi air bersih 0,5-3 kilometer.
Sedangkan bila masuk kategori kekeringan kritis, berarti ketersediaan air di daerah itu kurang dari 10 liter per hari dan airnya hanya cukup untuk minum dan masak, dengan jarak antara rumah warga dan sumber air lebih dari 3 kilometer.
Dari 22 titik lokasi rawan kekeringan, 18 titik di antaranya berkategori kekeringan kritis. Titik-titik kekeringan ini ada di Pagak, Gedangan, Kalipare, dan Sumbermanjing Wetan.
ABDI PURMONO
Baca juga:
Ridwan Kamil Penasaran Tampang @kemalsept
Rusia Tunggak Gaji Fabio Capello
Polisi Buru Pemilik Akun Penghina Ridwan Kamil
Bupati Sumba Barat Daya Dilantik di Jakarta