TEMPO.CO, Cirebon - Perajin rotan di Kabupaten Cirebon mengeluhkan indikasi permainan dalam penyediaan bahan baku rotan. Ketua Masyarakat Pekerja Pengrajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI), Badrudin, mengatakan para perajin tidak bisa memperoleh beberapa jenis rotan, meskipun tersedia.
"Bahan baku rotan itu sebenarnya banyak. Tapi untuk memperolehnya, gampang-gampang susah," kata Badrudin, Selasa, 9 September 2014. Padahal, untuk membuat satu produk rotan seperti kursi, dibutuhkan beberapa jenis bahan baku rotan. "Jika kurang satu jenis rotan saja, kursi rotan itu pun tidak akan jadi," tambahnya. Untuk menyiasatinya, perajin rotan pun menggunakan rotan sintetis plastik. (Baca: Industri Rotan Targetkan Kolaborasi di ASEAN)
Indikasi permainan dalam penyediaan bahan baku rotan itu juga terlihat di sejumlah daerah penghasil bahan baku rotan di luar Pulau Jawa. Bahan baku rotan menumpuk, namun dalihnya untuk ekspor. "Padahal ekspor bahan baku rotan telah dilarang pemerintah sejak 2011 lalu," kata Badrudin. (Baca: Ekspor Produk Rotan Indonesia Meningkat)
Selain itu, Badrudin juga mempermasalahkan bahan baku rotan yang harganya terus mengalami kenaikan tanpa alasan yang jelas. "Contohnya seperti sekarang, saat ada ribut-ribut soal harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan naik," ujarnya.
Isu kenaikan harga BBM membuat harga bahan baku rotan naik berkisar Rp 200 per kg. Badrudin khawatir kenaikan harga tersebut akan menjadi lebih tinggi jika harga BBM benar-benar dinaikkan. (Baca: Asosiasi Mebel Minta Semua KBRI Pakai Produk Rotan)
Ketua Komda Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Kabupaten Cirebon, Sumartja, mengatakan kenaikan harga bahan baku rotan terjadi secara bertahap. Saat ini harga bahan baku rotan sudah mencapai Rp 16 ribu per kg.
Meskipun tidak tinggi, namun kenaikan harga rotan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas bahan baku rotan. "Bahkan saat ini bahan baku rotan cenderung terus menurun kualitasnya," kata Sumartja.
Penurunan kualitas itu disebabkan pengolahan yang kurang maksimal. Ini terjadi seiring mahalnya harga minyak tanah yang digunakan untuk menggoreng bahan baku rotan.
Padahal, lanjut Sumartja, kualitas bahan baku rotan akan berpengaruh terhadap kualitas produk mebel rotan. "Karenanya sudah seharusnya ada subsidi minyak tanah untuk pengusaha bahan baku rotan agar kualitas bahan baku rotan tetap terjaga," kata Sumartja.
IVANSYAH
Berita lain:
PKS Blunder Usung Pilkada Tak Langsung
Ketemu Sudi Silalahi, Rini Minta Maaf
Demi Prabowo, PKS Setuju Pilkada Lewat DPRD
Jokowi: RUU Pilkada Potong Kedaulatan Rakyat