TEMPO.CO, London - Sejumlah wanita, termasuk wanita asal Inggris, yang bergabung dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)--yang kini menyebut diri sebagai Daulah Islamiyah (Negara Islam)--diduga kuat membentuk polisi syariat yang bertugas menghukum mereka yang membangkang atas syariat Islam.
Mengutip laporan Russia Today, Senin, 8 September 2014, sebuah laporan dari Konsorsium Analisis dan Riset Terorisme (TRAC) yang berbasis di Amerika Serikat menyebutkan sedikitnya 60 wanita telah bergabung membentuk brigade Al-Khansaa yang berbasis di Kora Raqqa.
Mereka bertugas mematai-matai penyusup yang menyamar sebagai wanita dengan pakaian muslim tertutup rapat. (Baca: Khadijah, Militan Wanita Pertama ISIS Asal Inggris)
Laporan Daily Telegraph menyebutkan sebagian besar wanita tersebut berusia 18-24 tahun. Beberapa wanita di antara mereka tergabung ke dalam barisan utama ISIS yang bertempur di garis terdepan.
Media Inggris menduga kuat bahwa di antara brigade Al-Khansaa terdapat Aqsa Mahmood, wanita berusia 20 tahun asal Glasgow, Skotlandia, yang melakukan perjalanan ke Suriah sejak November 2013. Pekan lalu, dalam siaran berita CNN, orang tua Aqsa mengajak putri mereka kembali ke rumah. (Baca: Lewat Twitter, Wanita Skotlandia Ajak Berjihad)
ANINGTIAS JATMIKA | RUSSIA TODAY
Terpopuler
Waspada Rabies, Cina Musnahkan 5.000 Anjing
Abbas Ancam Hentikan Kesepakatan dengan Hamas
MH370 Miliki 1000 Kemungkinan Jalur Terbang