TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom BCA, David Sumual, memperkirakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 7,5 persen. BI Rate dipertahankan karena ekspektasi inflasi masih sesuai dengan perkiraan, yakni pada kisaran 4,5 +- 1 persen.
David mengatakan penetapan BI Rate juga disebabkan oleh persoalan defisit neraca transaksi berjalan. "Dengan kondisi tersebut, kebijakan moneter ketat oleh Bank Indonesia masih akan berlanjut hingga akhir tahun," kata David kepada Tempo. (Baca: Setelah Tapering, Suku Bunga The Fed Bakal Naik)
Di sisi lain, David melihat ada ketidakpastian kondisi ekonomi baik di dalam negeri maupun secara global. Hal ini juga menjadi alasan bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level yang cukup tinggi. Dua hal yang menyebabkan ketidakpastian adalah tarik-ulur subsidi bahan bakar minyak dan ketidakjelasan waktu kenaikan suku bunga Amerika Serikat. "Ini adalah faktor eksternal paling kuat yang memicu ketidakpastian ekonomi negara berkembang," ujarnya. (Baca: Kenaikan Bunga The Fed Bebani Pemerintahan Jokowi)
Hari ini, Kamis, 11 September 2014, Bank Indonesia menggelar rapat Dewan Gubernur bulanan yang membahas berbagai kebijakan moneter, termasuk BI Rate. Jika suku bunga acuan ini tidak berubah, September 2014 akan menjadi bulan ke-11 bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate di angka 7,5 persen. (Baca: 2014, Suku Bunga BI Berpeluang Naik 50 Basis Poin)
MAYA NAWANGWULAN
Ahok Mundur dari Gerindra, Ini Kata Jokowi
Alasan Ahok Jatuh Cinta dan Putus dari Gerindra
Ahok: Saya Bukan Kader Gerindra yang Baik
Prabowo Legowo Ahok Keluar dari Gerindra