TEMPO.CO, Bandung - Aliran sungai berwarna hitam pekat berbau busuk tersebut meliuk-liuk lalu tumpah di antara batuan berwarna cokelat kemerahan membentuk jeram-jeram kecil. Tumpukan sampah tampak terjebak di Curug Jompong.
Sejumlah jurnalis asing mondar-mandir di pinggiran Sungai Citarum di Kampung Cisaat, Desa Jelegong, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis, 11 September 2014.
Jumarya, warga setempat, mengantar tiga orang jurnalis televisi dari Sao Paolo, Brasil. Dua jurnalis video dan seorang reporter terlihat turun-naik menjejak bebatuan. Di depannya Jumarya membabat goloknya menebas ranting dan ilalang untuk membuka jalan bagi jurnalis yang berjalan di belakangnya.
Di antara mereka ada dua orang lagi penggiat lingkungan hidup dari Pawapeling dan Greenpeace Indonesia yang menjadi narasumber, selain Jumarya. Hampir satu jam mereka menghabiskan waktu di sungai berair hitam pekat Sungai Citarum.
Mereka merekam pembuangan limbah cair sebuah pabrik garmen raksasa di sekitar lokasi dan merekam keseharian keluarga Jumarya, bebatuan cokelat kemerahan yang menyembul kontras di antara air hitam pekat itu. "Brasil dan Indonesia memiliki kesamaan mengenai lingkungan, sungai di negara kami juga banyak yang tercemar, tapi tidak sedahsyat Citarum, saya baru pertama melihat sungai yang seperti ini," ujar Lucas, seorang jurnalis video.
Menurut dia, mereka telah meliput pencemaran Citarum mulai dari Rancaekek, Dayeuhkolot, dan berakhir di Curug Jompong. Saat ditanya mengapa ia tertarik meliput Sungai Citarum di Indonesia. Lucas mengatakan Sungai Citarum telah menjadi isu internasional. "Kami ditugasi meliput masalah lingkungan dan budaya di berbagai belahan dunia, nah Sungai Citarum adalah salah satu isu dunia tentang kerusakan lingkungan yang harus kami angkat, semua media di berbagai negara mengangkat isu pencemaran di Sungai Citarum."
Selang satu jam mereka pun mengemasi peralatan kamera dan lainnya, lalu dengan berjalan kaki menuju rumah Jumarya untuk berpamitan pada keluarganya. Lucas mengatakan ia dan kedua temannya akan kembali ke Brasil esok hari.
Sungai Citarum namanya memang mendunia dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Selain bencana banjir, sungai ini mendapat predikat "terhormat" sebagai salah satu sungai paling tercemar berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Blacksmith Institute dan Green Cross Swiss. Bahan kimia yang terdapat di sungai ini, antara lain timah, kadmium, kromium, dan pestisida, serta berdampak kepada 500.000 orang lebih secara langsung, hingga 5 juta orang secara tidak langsung.
Padahal Sungai Citarum menjadi penyuplai air untuk kota-kota di Jawa Barat termasuk Bandung, dan memasok 80 persen bahan air baku untuk DKI Jakarta, irigasi pertanian di Jawa Barat, serta pemutar turbin PLTA untuk koneksi listrik Jawa Bali.
Luas wilayah sungai ini sekitar 12.000 kilometer persegi melintasi 13 wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat serta belasan anak sungainya. Jelas bukan pekerjaan mudah bagi pemerintah untuk menanggulangi pencemaran dan deforestasi yang akut di aliran sungai yang memanjang hampir 300 kilometer, dari hulu di Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, dan bermuara di Laut Jawa, Muara Gembong, Bekasi.
PRIMA MULIA | ENI S.
Terpopuler
Diminta Copot Jabatan, Ahok Tantang Gerindra
Golkar Cium Kejanggalan di Balik Mundurnya Ahok
Setelah Babi, Harimau Turun dari Gunung Slamet
Pilih Mundur, Ahok Disebut Revolusioner
Kepala Daerah Pendukung Prabowo Membelot