TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia diperkirakan melemah pada perdagangan hari ini, Jumat, 12 September 2014. Perkiraan kenaikan angka pengangguran di Amerika Serikat bakal menghambat laju IHSG. (Baca: IHSG Loyo, Saham-saham Ini Bisa Jadi Andalan)
Pada perdagangan Kamis, 11 September 2014, IHSG bergerak fluktuatif karena minimnya sentimen positif di lantai bursa. IHSG sempat menguat 24 poin dalam penutupan sesi pertama, tapi akhirnya melemah 10 poin (0,2 persen) pada level 5.133. Suku bunga acuan (BI Rate) yang masih berada di level 7,5 persen gagal mendorong laju indeks. Investor yang tidak menganggapnya sebagai kejutan hanya melakukan perdagangan secara terbatas. (Baca: IHSG Diprediksi Alami Pelemahan Lanjutan)
Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Nizar Hilmy, mengatakan indeks cenderung hanya mengikuti tren di pasar regional. Dengan demikian, IHSG semakin rawan terkoreksi. “Minim sentimen, investor hanya mengalihkan kepemilikan saham (switching),” ujarnya.
Seperti diketahui, laju mayoritas bursa saham regional menguat signifikan karena meredanya spekulasi penaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Namun inflasi Cina bulan Agustus yang hanya tumbuh 2 persen membuat investor khawatir kinerja pertumbuhan Cina bakal kembali terganggu. Mereka pun akhirnya cenderung melepas kembali kepemilikan saham. (Baca: IHSG Terancam Aksi Ambil Untung)
Saham-saham sektor konsumsi, seperti GGRM, UNVR, dan KLBF, menjadi penopang laju indeks. Sedangkan saham sektor semen, semisal SMGR dan INTP, justru membebani IHSG. Koreksi teknikal yang terjadi selama sepekan belakangan membuat investor menghindari sektor saham tersebut. Tanpa sentimen positif baru, Nizar memprediksi IHSG masih cenderung melemah. IHSG kemungkinan bergerak di level 5.080-5.160 dan investor disarankan mengambil posisi menunggu.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Diminta Copot Jabatan, Ahok Tantang Gerindra
Sengkarut Pilkada di DPR, Ini Asal Mulanya
Pemerintah Mati-matian Loloskan Pilkada Langsung
Aburizal: Sistem Politik Indonesia Terlalu Liberal