TEMPO.CO, Jakarta - Karena cuaca ekstrem, sebuah kapal tenggelam di Laut Selat Capalulu, Maluku Utara, sekitar pukul 08.30 WIT, Ahad, 14 September 2014. Akibatnya, 14 orang meninggal, dan 12 orang masih dinyatakan hilang hingga saat ini.
"9 orang selamat," ujar Bupati Kabupaten Kepulauan Sula Ahmad Hidayat Mus saat dihubungi Tempo pada Ahad, 14 September 2014. (Berita lain: Kapal Putri Ayu Tenggelam di Laut Maluku)
Baca Juga:
Kapal yang terguling tersebut digunakan masyarakat Desa Orisela, Kecamatan Falabisahaya, untuk mengangkut hasil kebun yang akan dijual di Sanana, ibu kota Kepulauan Sula. Cuaca ekstrem pengaruh siklon tropis Kalmaegi ini mengakibatkan ombak tinggi dan angin kencang sehingga kecelakaan nahas pun terjadi.
Ahmad menyatakan kapal yang tenggelam bukan kapal resmi. Kapal itu pun berangkat bukan dari pelabuhan resmi sehingga tindak pencegahan tidak dilakukan. Sebelumnya, peringatan akan cuaca ekstrem sudah dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Pelayaran dari pelabuhan resmi sudah dipantau dan apabila tidak memungkinkan, dihentikan oleh pihak pelabuhan.
"Ya tapi masyarakat memang sering nekat, karena mereka punya kebutuhan (berjualan)," kata Ahmad.
Saat ini, pihaknya akan memperketat pengawasan di pelabuhan-pelabuhan tidak resmi di desa-desa yang terletak di kecamatan terpencil untuk mencegah kecelakaan terjadi lagi. Kecelakaan ini pun, menurutnya, merupakan yang pertama sejak cuaca ekstrem terjadi.
Tim gabungan dari Syahbandar Kepulauan Sula, BPBD Kabupaten Kepulauan Sula, Polisi Air, Basarnas, TNI, dan masyarakat masih melakukan evakuasi korban dan melakukan pencarian korban hilang. Cuaca buruk dan gelombang tinggi menyebabkan kendala dalam pencarian korban.
URSULA FLORENE SONIA
Berita lain:
7 Serangan Ahok yang Bikin Lulung Geram
Alvin Lie: PAN Didirikan untuk Kedaulatan Rakyat
KH Maimun Minta PPP Tetap di Koalisi Prabowo