TEMPO.CO, Jakarta: Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X memberikan sinyalemen mengadopsi desain Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji di Mumbai, India, untuk calon bandara baru di Kulon Progo.
Sinyalemen itu disampaikan seusai Sultan bersama pemrakarsa PT Angkasa Pura I dan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo ke Mumbai pada 9 September dan baru pulang 13 September lalu, atas undangan Grama Vikash Kendra (GVK) Power & Infrastructure selaku investor.
"Bandara Mumbai memang bagus sekali. Saya berharap kondisi seperti itu bisa dilakukan di bandara baru Yogya," kata Sultan setelah menemui Wakil Ketua Menteri Politik Konferensi Konsultatif Masyarakat Cina, Departemen Internasional, Komite Pusat Partai Komunis Cina, Wang Jiarul di Kepatihan Yogyakarta, Ahad, 14 September 2014. (Baca: Abu Merapi Belum Ganggu Penerbangan)
Bandara Mumbai, menurut Sultan, didesain dengan ornamen-ornamen yang menggambarkan kekayaan India. Baik seni, budaya, ekonomi, sejarah, juga pariwisata yang menunjukkan kekhasan dan keunggulan India.
Sultan ingin tembok bandara nantinya penuh dengan ornamen, seperti miniatur Borobudur, Prambanan, gambaran kehidupan masyarakat DIY, juga sejarahnya seperti laiknya museum.
"Jadi bandara tidak sekedar melihat orang naik-turun pesawat. Tak sekedar masuk bandara terus pergi, datang terus ke luar. Tapi juga jadi media promosi," kata Sultan.
Harapan lainnya adalah ada ruang terbuka di bandara, sehingga sinar matahari bisa masuk. Dampaknya, tak perlu menggunakan banyak energi listrik, sehingga bisa melakukan penghematan. Meski demikian, desain bandara Mumbai yang dibuat GVK terlalu besar dan mahal. Berbeda dengan Bandara Bengalore yang juga di India yang besarannya hampir sama dengan calon bandara di Kulon Progo nantinya.
Namun, Sultan tetap meminta agar siapa pun investor internasional pemenang tender bandara datang ke Yogyakarta untuk melihat kondisinya dan tetap harus memasukkan desain lokal Yogyakarta.
"Desainnya memang harus berubah. Itu kan, gaya mereka. Siapa pun yang menang, desain lokal juga kelihatan," kata Sultan.
Tahapan awal nantinya, bandara baru diharapkan dapat menampung penumpang hingga 8-10 juta orang per tahun. Perkembangannya, pada 2020-2022 bisa mencapai 15 juta orang per tahun. Sehingga desain bandara akan menyesuaikan perkembangannya. "Perkiraan Angkasa Pura, dana yang dibutuhkan Rp 1,2 triliun. Tapi menurut saya, lebih dari itu," kata Sultan.
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi Pembangunan DIY Didik Purwadi menambahkan, desain yang akan diadopsi bandara baru nantinya menggunakan konsep urban planning. Selain ada gambaran sejarah berdirinya Yogyakarta hingga sekarang, juga melihat gambaran Yogyakarta 50 tahun mendatang.
Selain itu, bandara baru nanti lebih besar sehingga memungkinkan menampung penerbangan langsung dari luar negeri ke Yogyakarta dan sebaliknya. Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat mengangkat perekonomian DIY. "Ekonomi Yogya kan stagnan, karena bandara yang ada sudah tak mencukupi lagi," kata Didik.
Lantaran Bandara Adisutjipto saat ini milik TNI Angkatan Udara, sehingga penggunaannya terbatas. Padahal untuk penerbangan sipil diharapkan bisa digunakan hingga 24 jam. Sedangkan orang datang ke Yogyakarta rata-rata tertarik dengan wisatanya sekaligus bisa menggenjot perekonomian yang didominasi sektor ekonomi kreatif.
"Baru Singapura dan Kuala Lumpur yang melakukan penerbangan langsung ke Yogyakarta. Orang kan cenderung pergi tanpa transit, tapi langsung," kata Didik.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita Terpopuler
Fadli Zon Ingin Basmi Kutu Loncat seperti Ahok
Kapolri Tahu Misteri Penyebab Hilangnya MH370
Densus 88 Tangkap Empat Warga Asing di Poso
Alvin Lie: PAN Didirikan untuk Kedaulatan Rakyat