TEMPO.CO, Jakarta - Analis saham dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, memprediksi laju pergerakan nilai tukar rupiah akan melemah selama sepekan. Pelemahan ini disebabkan oleh tak adanya berita postif terbaru, sehingga rupiah tidak mengalami tren apa pun. "Pergerakan rupiah masih akan terbatas dan cenderung sempit," katanya saat dihubungi Tempo, Senin, 15 September 2014. (Baca : Tren Dolar Melemah, Rupiah Terus Menguat)
Dia memperkirakan pergerakan rupiah pada hari ini akan berada pada kisaran Rp 11.775-11.825. Sentimen rupiah disebabkan oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed, memperketat kebijakan moneter di Amerika Serikat. (Baca : Subsidi BBM Hantui Kurs Rupiah)
Rencana pertemuan rutin bank sentral Amerika Serikat pada 15-16 September 2014 menyedot perhatian pasar. Pelaku pasar khawatir The Fed akan menaikkan suku bunganya. "Pasar khawatir akan ada pembalikan dana asing," katanya.
Sejak Selasa lalu, 9 September, hingga Jumat, 14 September, aksi jual pemodal asing telah melewati angka Rp 2 triliun. "Kami harus mewaspadai ini akan berlanjut."
Aksi jual investor asing ini, kata dia, berpotensi kembali terjadi pada pekan ini. Dia mencontohkan, pada Jumat lalu, pasar reguler kembali mendapatkan tekanan dari aksi jual karena investor menarik uangnya lebih dari Rp 600 miliar.
Dari dalam negeri, rencana pengumuman kabinet pemerintah baru oleh presiden terpilih Joko Widodo pada pekan ini, kata dia, belum membuat sentimen positif pada rupiah. Dia mengatakan banyak nama menteri pada formasi kabinet yang belum dikenal oleh masyarakat.
Berbeda dengan itu, Kepala Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada, memprediksi kurs rupiah akan melanjutkan penguatannya pada pekan ini. Namun pelaku pasar harus mewaspadai sentimen negatif dampak rencana The Fed menaikkan suku bunganya. "Rencana tersebut menjadi sentimen positif bagi dolar Amerika, namun sebaliknya untuk rupiah," katanya.
Reza memperkirakan kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada kisaran Rp11.843-11.714 per dolar Amerika Serikat. Sementara itu, pada penutupan perdagangan pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,04 persen ke level Rp 11.822 per dolar AS.
Penguatan tersebut dipicu oleh perilisan data Cina dan data sektor ketenagakerjaan Amerika yang dinilai belum stabil. Hal ini menyebabkan pelaku pasar beralih mentransaksikan mata uang yuan dan cenderung melepas dolar AS dan yen. Selain itu, perilisan kenaikan cadangan devisa pada akhir pekan lalu juga membuat positif laju rupiah.
ALI HIDAYAT | DEWI SUCI RAHAYU
Berita Terpopuler
7 Serangan Ahok yang Bikin Lulung Geram
Ahok Minta Lulung Diam, tapi Ada Syaratnya
SBY Bingung Disalahkan Soal RUU Pilkada
Soal RUU Pilkada, Amir: SBY Berpihak pada Akal Sehat
3 Kemesraan Ahok-Lulung Setelah Cekcok Panjang