TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi kembali melemah. Analis saham dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, memperkirakan hari ini IHSG akan berada pada posisi support 5.135-5.150. Pelemahan indeks salah satunya disebabkan oleh koreksi indeks Dow Jones Industrial Average 149,85 poin atau 0,9 persen ke level 16.987,51. "IHSG terkoreksi akibat dampak indeks Dow Jones yang ditutup pada level psikologis pada Jumat kemarin," katanya saat dihubugi Tempo, Senin, 15 September 2014. (Baca : IHSG Terancam Aksi Ambil Untung)
Dia menuturkan, IHSG masih rawan tekanan karena potensi koreksi akan terus berlanjut ke kisaran 4.950-5.000. Pasalnya, pada Rabu lalu, 10 September, penutupan indeks saham telah menembus 5.175. "Sebelum mencapai level support dan muncul sentimen baru, IHSG mengalami penurunan," katanya. (Baca : Kembalinya Investor Asing Jadi Amunisi IHSG)
Menurut Satrio, rebound pada emiten saham batu bara dan saham komoditas yang terjadi pada Jumat kemarin juga memicu pelemahan indeks. Rebound membuat pelaku pasar khawatir apakah hal ini akan tetap berlanjut atau tidak. (Baca : IHSG Masih Rentan Terkoreksi)
Berlanjutnya aksi jual yang dilakukan investor asing membuat bursa saham dalam negeri hanya menguat tipis dalam perdagangan akhir pekan lalu. Kondisi pasar modal regional yang masih bergerak variatif turut menghalangi laju indeks harga saham gabungan melangkah lebih signifikan. IHSG pun akhirnya bertengger pada level 5.143.
Analis dari Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan indeks saham masih tertekan aksi jual oleh investor asing yang terus meningkat. Dalam sepekan, aksi jual yang bahkan telah mencapai jumlah Rp 3,189 triliun membuat IHSG hanya bergerak fluktuatif dalam rentang level 5.100-5.200.
Menurut Lanjar, investor asing memang tampak semakin memperhatikan perkembangan wacana menjelang pertemuan rutin bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada 15 dan 16 September 2014. Pertemuan yang dijadwalkan membahas kebijakan moneter The Fed selanjutnya, yakni pengurangan kembali pemberian stimulus bulanan (tapering off) sebesar US$ 10 miliar dan rencana kenaikan suku bunga, menyebabkan investor asing akhirnya cenderung melepas aset-aset berisiko.
ALI HIDAYAT
Berita Terpopuler
7 Serangan Ahok yang Bikin Lulung Geram
Ahok Minta Lulung Diam, tapi Ada Syaratnya
SBY Bingung Disalahkan Soal RUU Pilkada
Soal RUU Pilkada, Amir: SBY Berpihak pada Akal Sehat
3 Kemesraan Ahok-Lulung Setelah Cekcok Panjang