TEMPO.CO, Yogyakarta- Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta membatalkan rencana penyelenggaraan seminar tentang lesbian, gay, biseksual, transgender, dan interseks (LGBTI) pada 27 September mendatang.
Alasannya, Forum Umat Islam (FUI) Yogyakarta menyebar pengumuman lewat telepon seluler dan media sosial berisi tuntutan pembatalan acara itu pada Selasa, 16 September 2014. FUI menilai seminar bertajuk LGBTI, We Are Different, We Are Unique and We Are One itu menghina ajaran Islam.
Rektor Universitas Sanata Dharma Johanes Eka Priyatma mengatakan keputusan membatalkan acara tersebut diambil pada Rabu siang, 17 September 2014, setelah panitia penyelenggara seminar dari Jurusan Psikologi dan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Psikologi USD memenuhi panggilan Kepolisian Daerah Yoyakarta. "Rabu siang, sejumlah dosen dan mahasiswa panitia acara itu menghadiri pertemuan dengan Polda DIY, lalu kami memutuskan dibatalkan saja acaranya," kata Eka. (Baca:Satu Suara di Komnas HAM Penting bagi Calon Gay)
Dia mengakui keputusan ini memang berat untuk diambil mengingat pihaknya harus mengabaikan prinsip kebebasan akademik di kampus. Eka berpendapat, kampusnya tidak bisa mengabaikan konteks bahwa ada masyarakat di Yogyakarta yang memprotes pembahasan tema LGBTI. "Percuma juga kalau dipaksakan. Tidak produktif dan pesan utamanya malah tidak sampai," katanya.
Dia mengakui, di tengah masyarakat yang masih belum terbuka, pelaksanaan prinsip kebebasan akademik susah diterapkan secara penuh. "Ini tanda kami perlu pakai bahasa lain yang lebih bisa diterima publik untuk melaksanakan itu," katanya.
Tempo belum bisa meminta konfirmasi Polda Yogyakarta mengenai pembatalan seminar itu. Setelah keputusan pembatalan muncul, FUI menyebar pesan lewat ponsel kepada wartawan mengenai hasil pertemuan USD dengan polisi.
Saat dihubungi Tempo, Koordinator FUI Yogyakarta, Muhammad Fuad, mengaku puas dengan kinerja polisi. Semula, menurut dia, organisasinya berencana mendatangi Polres Sleman untuk meminta pembatalan acara itu pada Jumat, 18 September 2014. "Rencananya, setelah dari Polres Sleman, kami akan datangi Rektor Sanata Dharma," katanya.
Ternyata, menurut Fuad, Polda Yogyakarta bertindak lebih cepat. Saat panitia seminar dari Universitas Sanata Dharma menggelar pertemuan dengan Polda , FUI tidak diundang. "Kami hanya diberitahu hasil pertemuan yang membatalkan acara itu," katanya. (Baca: Komik Sesama Jenis Ditarik Penerbit)
Meskipun ada informasi bahwa seminar telah dibatalkan, Fuad mengatakan organisasinya tetap terus memantau pelaksanaan keputusan tersebut. Dia khawatir acara itu tetap diadakan namun secara sembunyi-sembunyi. "Untuk tema lesbian dan gay, tidak ada kompromi bagi kami dan selalu kami bubarkan seperti dulu acara Irshad Manji (di LKiS, Sorowajan, Bantul)," ucapnya.
Fuad menuding seminar dengan tema seputar lesbian dan gay merupakan upaya mengenalkan komunitas LGBTI ke publik. Organisasinya khawatir identitas komunitas LGBTI kelak semakin diterima oleh publik dan dianggap legal. (Baca:Simpati bagi Kaum LGBT, Haram di Malaysia )
"Itu (LGBTI) penyakit menular dan lama-lama mereka bisa minta legalisasi nikah sesama jenis," katanya. "Akhirnya muslim sebagai mayoritas jadi korban karena keluarganya ada yang tertular, padahal itu jelas dilarang agama."
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Baca juga:
Ini Daftar Kandidat Kuat Pengisi Kabinet Jokowi
Bimbim Slank Demen Bila Ahok Marah
Jokowi Siapkan 2 Pos Menteri untuk Partai KMP
ISIS Ancam Bunuh Paus Fransiskus
Ini Harapan Ketua MK kepada Presiden Jokowii