TEMPO.CO, Jakarta - Data penyedia antivirus Symantec menyebutkan pada 2014 sebanyak 53 persen situs Internet di seluruh dunia terinfeksi virus dan malware. Ironisnya, perusahaan dan lembaga tidak menyadari situsnya menjadi korban.
"Ini semua karena rendahnya pengetahuan perusahaan terhadap perlindungan dan backup data," ujar Senior Regional Director Systems Engineering Symantec untuk Asis-Pasifik, Raymond Goh, di Jakarta, Rabu, 17 September 2014.
Baca Juga:
Rendahnya kesadaran terjadi pada perusahaan kecil menengah hingga perusahaan berskala besar. Ini disebabkan oleh anggapan bahwa penggunaan peranti lunak keamanan adalah hal yang mahal. "Mahal atau murah adalah relatif, yang penting waspada terhadap keamanan data," ucap Raymond.
Menurutnya, perusahaan juga masih menganggap perlindungan data merupakan proses yang rumit. Oleh karena itu, Raymond menyarankan perlindungan setidaknya dimulai dari sistem yang sederhana, misalnya dengan menggunakan peranti lunak secara bertahap.
Cara tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh perusahaan berskala kecil dengan jumlah data yang belum terlalu banyak. Dia mengklaim setiap peranti lunak dari berbagai tingkatan perlindungan memberikan keamanan yang merata.
Sementara Symantec juga menghadirkan sistem proteksi bagi konsumen perorangan. Ada juga aplikasi bagi perangkat bergerak bernama Mobile Security yang dapat digunakan di perangkat Android dan iOS. Simak berita tekno lainnya di sini.
SATWIKA MOVEMENTI
Berita lain
NASA dan Boeing Bikin 'Taksi' Luar Angkasa
NSA: Kami Mengawasi Pergerakan ISIS di Internet
Instagram Rilis Aplikasi Bolt di Indonesia
Fujitsu Perkenalkan Aplikasi Spatiowl di Indonesia
Mick Jagger Jadi Nama Fosil Kuda Nil