TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan Kementerian Koordinator Perekonomian, Edi Putra Irawady, menyebutkan beberapa kendala yang menghambat industri mebel nasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam dan luar negeri.
"Di luar negeri, mebel kita menjadi incaran pesaing dengan diisukan merusak hutan dan memakai bahan baku yang mengganggu kesehatan," kata Edi di Jakarta, Rabu, 17 Februari 2014. Dia mengatakan, isu itu bertujuan agar Indonesia kehilangan pasar ekspor mebel, terutama Amerika Serikat.(Baca : Target Ekspor Mebel dan Kerajinan Naik 7 Persen)
Edi mengatakan, dari dalam negeri kendalanya cukup beragam. Seperti kurangnya perhatian Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan serta Pemerintah Daerah.
Dua kementerian itu diharapkan bisa mengatur pengadaan bahan baku dan menjaga impor mebel. "Kalau di Pemda, ada pungutan dari daerah penghasil kayu ke daerah non penghasil kayu. Dan terkadang, bahan baku kayu tidak boleh melewati salah satu daerah," kata Taufik.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Taufik Gani, menilai dengan banyaknya impor produk dari Tionghoa dan Filipina membuat lesu industri dalam negeri. Karena barang impor itu dijual murah di dalam negeri dengan kualitas di bawah produksi nasional.(Baca : 2013, Ekspor Furniture Tumbuh 17 Persen)
Selain itu, masih banyak ditemukan ekspor bahan baku kayu mentah. "Padahal sudah ada peraturan yang melarang ekspor kayu log," kata Taufik. Dia berharap, pemerintah memperketat pengawasan ekspor bahan baku mentah. Pemerintah mentargetkan target ekspor tahun 2015 sebesar Rp 59,7 triliun, meningkat dibandingkan tahun ini senilai Rp 23,8 triliun.
HUSSEIN ABRI YUSUF
Berita Terpopuler
PLN Konsumsi 74 Juta Ton Batu Bara Tahun 2014
Pembangkit Listrik Limbah Sawit Pertama Dibangun
Ekspor Industri Kreatif Yogya Rp 2,8 Triliun
Tiga Agenda Prioritas Jokowi Menurut Ekonom RBS