TEMPO.CO, Malang - Aksi unjuk rasa Himpunan Mahasiswa Islam Malang memprotes tempat karaoke yang menyediakan hiburan tarian telanjang berakhir ricuh, Kamis, 18 September 2014. Mahasiswa dan polisi terlibat adu pukul sengit di depan Balai Kota Malang. Pengunjuk rasa emosional karena dihalang-halangi masuk halaman Balai Kota untuk menyampaikan aspirasinya kepada Wali Kota. "Ayo Wali Kota Malang keluar, temui kami," teriak koordinator aksi, Sahmawi.
Karena gerbang Balai Kota dihadang barikade polisi, mahasiswa berupaya melompati pagar agar dapat menerobos ke dalam. Pengunjuk rasa menuntut Wali Kota Malang menutup tempat karaoke yang menyediakan tarian telanjang dan menjatuhkan sanksi kepada pengelolanya.
"Tutup tempat karaoke yang mengeksploitasi perempuan," kata Sahmawi dalam orasinya. Mahasiswa juga membentangkan poster bertuliskan "Wali Kota harus tegas berantas prostitusi," "Tolak Pornoaksi," "Stop pornoaksi terselubung," dan "Tutup tempat prostitusi." (Baca berita lainnya: Tujuh Lokasi Prostitusi di Malang Ditutup)
Menanggapi tuntutan mahasiswa, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyrakat Kota Malang, Hartono, berjanji akan menindak tegas tempat karaoke yang menampilkan tarian telanjang. Menurutnya, sebenarnya Satuan Polisi Pamong Praja telah rutin berpatroli ke tempat-tempat hiburan yang dicurigai menjadi kedok prostitusi terselubung. "Kita kawal bersama menciptakan Malang menjadi kota bermartabat," katanya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang turut mendesak Polisi Pamong Praja mencabut izin usaha karaoke yang bermasalah. Dewan juga akan menggelar dengar pendapat dengan pihak-pihak terkait. "Segera kita tindaklanjuti dengan memanggil Satpol PP," kata Sekretaris Fraki PDI Perjuangan Hadi Susanto. (Baca juga: Lokalisasi di Malang Ditutup Total November)
EKO WIDIANTO