TEMPO.CO , Jakarta:Menikmati dunia malam yang penuh dengan ingar bingar hiburan musik yang biasa ada klub-klub tertentu (Baca: Razia Klub Malam, BNN Tahan Pengguna Narkoba) memiliki aturan baku. Kadang meski dinilai tak masuk akal toh sah-sah saja karena itulah ketentuannya yang berlaku. Menurut Reza Tirsadi Libriawang, 23 tahun, seorang clubber, untuk menikmati hiburan dan dunia malam yang dicari para pecandunya memiliki aturan yang seolah jadi ikatan tersendiri. Dikemas atau dibungkus dalam berbagai hal tetap menarik. Setiap kota punya ciri dan aturan main. Di Bali, hiburan dan dunia malam Klub yang ada di Pulau Dewata ini, ujar Reza, juga punya banyak “bungkus” yang beragam.
“Ada yang punya kolam renang indoor kayak Potatto Head Garage, yang juga buka di Jakarta. Ada juga yang nyampur sama pantai pribadi. Macam-macamlah,” kata dia. Aspek lainnya yang membuat klub di sana semakin terdongkrak kualitasnya adalah dukungan pemerintah setempat.
Setumpuk aturan yang diterapkan di sebagian besar klub (Baca: Psy Kecil Rayakan Ulang Tahun di Klub Malam) di Jakarta ini menuai protes dari para pengunjung. “Pada awalnya banyak sekali yang memprotes aturan kami,” ujar Kepala Komunikasi Pemasaran Klub X2, Zahra Zettira, kepada Tempo. X2 bahkan sempat menolak sekitar 200-300 tamu dalam semalam saat aturan baru itu diterapkan.
X2 kini melarang penggunaan sandal jepit, jins robek, topi pet, sepatu kanvas, dan kemeja flanel. “Kami ingin meningkatkan kualitas tamu,” ujar Zahra. Pengunjung X2 kini harus tampil seganteng dan secantik mungkin jika ingin mengunjungi klub di kawasan Senayan itu.
Menurut Zahra, sejak aturan itu disosialisasi menjelang soft opening klub yang baru direnovasi ini pada 5 September lalu, para pengunjung mulai membenahi penampilannya. “Mereka yang awalnya sempat ditolak masuk, kini datang dengan dress code yang benar,” katanya. Angka penjualan di X2 pun, kata Zahra, kini meningkat. “Jajan mereka lebih berkualitas,” kata dia tanpa menyebutkan angka.
Vania pun setuju jika aturan berpakaian yang merepotkan itu diterapkan untuk kebaikan bersama. “Setidaknya untuk mengurangi gerombolan cabe-cabe-an,” kata dia, yang merujuk pada gerombolan anak muda di bawah umur yang kadang-kadang bikin rusuh di klub.
SUBKHAN | HP
Terpopuler
Oscar Lawalata Rancang Jersey Klub NBL
Perkembangan Terbaru Obat dan Vaksin Ebola
Ketika Turis Asing Belajar Membatik
Penyakit yang Mematikan Perempuan
Penelitian Kesehatan di Singapura Lebih Lengkap