TEMPO.CO , Jakarta: Ratusan titik api (hotspot) kebakaran hutan dan lahan muncul di Sumatera dan Kalimantan. Dari pantauan satelit NOAA per 15 September, di Kalimantan Tengah ada 227 titik api, Kalimantan Barat (112), Kalimantan Selatan (39), Sumatera Selatan (134), Riau (89), dan Jambi (62).
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan mencatat kebakaran hutan yang terjadi di enam provinsi tersebut seluas 3637,75 hektare di kawasan konservasi dan 1801,6 hektare di lahan kebun. (Baca: BNPB Prediksi Kebakaran Hutan Makin Tinggi)
Kepala Pusat Informasi Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugoho memprediksi kondisi tersebut akan semakin parah jika tersulut kebakaran kecil. "Jika tak segera ditanggulangi kerugian ekonomi akan tinggi," katanya kepada pers, Rabu, 17 September 2014. (Baca: Asap Riau Diduga Kiriman dari Sumatera Selatan)
Pada Februari-April 2014 misalnya, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan mencapat Rp 20 triliun. Kerugian lainnya, yakni 58 ribu orang terserang gangguan pernapasan lantaran asap kebakaran. Sementara, Indonesia akan kehilangan 2.398 hektare lahan biosfer, dan 21.214 hektare lahan hutan.
Untuk mencegah kebakaran hutan meluas, BNPB bekerja sama dengan pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Kementerian Kehutanan di bidang penyediaan alat. Sementara, TNI menyiapkan empat batalyon anggota untuk memadamkan dari darat. Kepolisian Republik Indonesia juga turut serta mencegah kebakaran hutan melalui penegakan hukum.
Untuk water bombing dari udara, BNPB menyiapkan sembilan helikopter jenis Bosco, Sikorsky dan Kamov. Ketiga jenis heli itu dapat membawa 4 ribu liter air dalam sekali pengeboman. (Baca: Kebakaran Ganggu Penerbangan di Dua Bandara)
Kemenhut memadamkan 640 hektare lahan terbakar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tenggara. "Memakai water bombing dan pemadaman di darat,” kata Direktur PKH Kementrian Kehurtanan, Raffles Brotestes Panjaitan.
AMRI MAHBUB