TEMPO.CO, Semarang - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jawa Tengah, memprediksi suhu udara pada September hingga Oktober 2014 sangat ekstrem. Analisa itu berhubungan erat dengan posisi matahari berada tepat pada garis edar di Katulistiwa.
"Dalam situasi seperti ini, suhu panas bisa mencapai ekstrem hingga 35 derajat celcius," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG stasiun pemantauan Semarang, Reni Kraningtyas, Jumat 19 September 2014.
Catatan BMKG menunjukan gejala ektrem ini sudah terjadi pada pada 11 hingga 15 September dengan suhu udara mencapai 35,4 derajat celcius. Kondisi itu baru menurun hingga pada 16 September hingga sekarang namun masih di atas 30 derajat celcius. "Kami katakan ekstrem karena suhu sudah mencapai 35 derajat celcius," kata Reni menambahkan.
Suhu ektrem itu diperkirakan kembali terjadi pada 22 September ketika matahari bergerak di garis setelah katulistiwa ke selatan Pontianakan dan Palu. Dalam kondisi itu sinar diterima bumi sangat panas dan diprediksi terjadi hingga pertengahan Oktober. Ektremnya suhu itu, menurut Reni ditambah oleh pengaruh musim kemarau yang puncaknya di prediksi terjadi pada Agustus hingga September puncak musim kemarau.
Analisa Reni juga menunjukkan sejumlah kawasan di Jawa Tengah saat ini juga rawan kekeringan, hal itu berdasarkan pantauan peta satelit Jawa Tengah sudah terjadi kekeringan panjang. Catatanya menunjukan sejumlah kawasan di Jawa Tengah yang sudah tak mengalami hujan hingga dua bulan berturut-turut. Daerah itu meliputi di Purworejo, Kebumen, Sragen Wonogiri Karanganyar, Boyolali, Grobogan dan Rembang.
"Sedangkan yang belum turun hujan berturut-turut dalam satu bulan ini Brebes, Demak, Pati, Klaten dan Banjarnegara," kata Reni menjelaskan.
Puncak musim kemarau itu ditandai dengan kelembaban atau kandungan air di udara kurang dari 40 persen, sedangkan radiasi cahaya matahari bulan September hingga pertengahan Oktober memunculkan peluang suhu ektrem.
EDI FAISOL
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Pilkada oleh DPRD | Jero Wacik | IIMS 2014
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Kaget Biaya Perjalanan Pemerintah Rp 30 T
5 Hal Berubah jika Skotlandia Lepas dari Inggris
Arkeolog Meragukan Usia Koin Gunung Padang
Beli Honda HR-V, Berapa Harganya?