TEMPO.CO, Purwokerto-Populasi Lutung Jawa diperkirakan hampir punah. Perburuan oleh manusia, perdagangan secara online, dan menyempitnya habitat lutung dituding menjadi penyebab menurunnya jumlah populasi hewan tersebut.
“Tahun 2008 masih bisa ditemui 5-10 kelompok, kini tinggal 1-2 kelompok saja. Itu pun sulit,” kata Juru Kampanye ProFauna, Swasti Prawidya Mukti, di sela-sela kampanye penyelamatan Lutung Jawa di GOR Satria Purwokerto, Ahad, 21 September 2014, pagi. (Baca: Perdagangan Satwa Langka Lewat Online Marak).
ProFauna sendiri tak mempunyai data pasti berapa populasi hewan tersebut. Namun, menurut Swasti, dalam dua tahun terakhir perdagangan Lutung Jawa semakin marak, terutama yang menggunakan media online.
Jika tak ada tindakan nyata, Lutung Jawa bisa terancam punah. Swasti menambahkan, Purwokerto menjadi salah satu tujuan kampanye karena masih ada populasi Lutung Jawa di lereng selatan Gunung Slamet. “Tujuannya untuk edukasi agar masyarakat Banyumas menjaga Lutung Jawa,” katanya. (Baca: Kesehatan Lutung Diperiksa Sebelum Dilepasliarkan).
Menurut Swasti, Lutung Jawa adalah primata endemik Jawa yang dilindungi dan keberadaannya semakin terancam punah karena perburuan dan perdagangan. Dengan begitu, masyarakat bisa membantu melestarikannya dengan tidak membeli hewan tersebut.
Hasil investigasi Profauna setahun terakhir, Lutung Jawa --yang menurut CITES masuk Apendix II kategori terancam itu-- diperdagangkan di pasar-pasar di daerah Jawa Timur, termasuk Malang. Tetapi tren perdagangannya berubah dari dijual di pasar ke perdagangan online sehingga lebih sulit melakukan pelacakan.
“Kisaran harga Lutung Jawa dewasa dijual seharga Rp 500 ribuan. Jika masih bayi cenderung lebih mahal. Lutung yang umurnya belum satu bulan bisa di jual Rp 1,5 juta,” kata Swasti.
Investigasi langsung di Jember yang dilakukan Profauna dengan berpura-pura jadi pembeli, bertemu pedagang dan diajak ke rumah penjualnya, ternyata tidak hanya ditemukan Lutung Jawa. Selain lutung, juga ditemukan satwa lain, seperti elang, kukang dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan Profauna, keberadaan Lutung jawa di Jawa Timur masih ada di daerah Gunung Arjuno, hampir semua Taman Nasional (TN)-- meskipun tidak banyak, seperti Bromo, Tengger, Semeru, di alas Purwo. Di Jawa Barat, antara lain, terdapat di Ciremai, TN Halimun Salak dan Muara Gembong. (Baca juga: Populasi Kera di Hutan Taban Butuh Perlindungan).
Koordinator Biodiversity Society Banyumas (BSB), Hariyawan Agung Wahyudi, mengatakan saat ini populasi Lutung Jawa di hutan lereng selatan Gunung Slamet masih relatif banyak. “Masih ada sekitar 15 kelompok yang hidup di lereng selatan Gunung Slamet,” katanya.
Setiap kelompok, terdiri dari 5-10 individu. Ia menyebutkan, permintaan pasar di Banyumas dan sekitarnya untuk Lutung Jawa tergolong sedikit. Perilaku berkelompok membuat Lutung Jawa lebih bisa bertahan hidup.
Selain itu, masyarakat di sekitar hutan juga ikut menjaga keberadaan hewan ini. BSB sendiri merupakan kelompok pelestari lingkungan yang rajin melakukan pemantauan dan pendataan keragaman hayati di Banyumas.
Margino, aktivis lingkungan Gunung Slamet menambahkan, masyarakat desa setempat sudah memasang papan larangan perburuan satwa di hutan Gunung Slamet. “Kami yang menjaganya agar semua satwa yang dilindungi, seperti Elang Jawa, Owa dan Lutung bisa hidup dengan aman di habitatnya," kata dia.
ARIS ANDRIANTO
TERPOPULER
Jokowi: Bangsa Besar Tidak Cukup Dibangun Empat Partai
Perempuan ini Letakkan Sesajen di Pintu Gedung KPK
Ketua Umum PDIP Hanya untuk Trah Sukarno
Ahok Ingin Asian Games Jakarta Lebih Wah dari Cina