TEMPO.CO, Jakarta - Lantai parkit bermotif kayu terhampar di depan rumah makan dengan cita rasa Indonesia, Demenu. Batu bata yang terpasang selang-seling, vertikal-horisontal, pada interior luar dinding rumah makan terlihat sangat serasi dengan motif lantai parkit tersebut. Ruang makan utamanya tidak seluas ruang makan yang berada di luar karena fungsinya diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin merokok.
"Di dalam itu kapasitasnya memang lebih sedikit karena smoking area," ujar salah satu pramusaji Demenu bernama Bahar saat diwawancarai di restoran yang terletak di lantai 3A, East Mall, Grand Indonesia, Senin, 15 September 2014. Ruangan merokok sengaja dibuat di dalam karena wilayah luar Demenu masuk ke dalam area mal, di mana merokok tidak boleh dilakukan.
Menonjolkan cita rasa Indonesia, Demenu mengandalkan berbagai masakan dengan bahan dasar iga sapi. Tentunya ada pula menu lain di beberapa restoran berkonsep urban, seperti nasi goreng. Sebagai makanan pembuka, Martabak Khas Padang merupakan pilihan yang paling tepat. Rasa dagingnya sangat gurih dan empuk karena dicampur dengan berbagai rempah yang biasa digunakan dalam masakan Padang. Dengan harga Rp 22 ribu, Demenu hanya menjatah tiga potong martabak.
Tidak dapat dipungkiri, harga mahal memang setimpal dengan rasa. Dapat dikatakan tekstur Martabak Khas Padang milik Demenu ketika digigit mirip seperti daging rendang asli. Taburan dagingnya padat mengisi bungkus lumpia hingga tidak terasa campuran lain. Bumbu rendang sebagai perekat daging terserap dengan baik saat proses perendaman dan berpadu sempurna dengan kuah martabak.
Sedangkan kuahnya terbuat dari campuran bawang putih, cuka, gula aren, perasan air asam jawa. Terdapat irisan lepas bawang merah dan cabai rawit yang menambah rasa gurih dan pedas kuah martabak. “Sebenarnya, kuah martabak ini sama seperti kuah empek-empek, hanya lebih cair,” kata Bahar. Selain gurih, paduan rasa yang tertinggal di lidah usai mengunyah martabak khas Padang ini adalah manis. Tiga potong untuk martabak selezat ini rasanya benar-benar tidak adil untuk lidah.
Demenu juga memiliki menu pembuka lainnya yang cukup unik, khas menu peranakan Betawi-Arab, yaitu Roti Jala dengan kuah kari. Bumbu utamanya tentu tidak lupa menggunakan cardamom atau kapulaga. Rempah ini memberikan aroma yang kuat pada kuah kari. Demenu mengkreasikannya dengan mencampur kaldu ayam. Memang terasa gurih ketika pertama dikunyah, tapi menjadi masam ketika roti jala yang dimasukkan ke dalam kuah mulai dikunyah.
Untuk menu utama, Sop Konro dan Pindang Iga bisa menjadi pilihan. Dua menu itu sama-sama menyajikan iga dengan cara yang berbeda. Untuk rasa, sop konro di Demenu tergolong biasa. Sebab, kuah sop konro masih terlalu pekat, manis, dan encer. Sebagai patokan, sop konro di rumah makan asli Makassar biasanya berkuah kental dengan daging iga yang tidak terlalu tebal. Selain itu, tekstur daging iga masih terlalu keras dan sulit dikunyah.
Namun untuk porsi, Sop Konro Demenu juaranya. Untuk satu porsi sop konro seharga Rp 68 ribu diperlukan setidaknya tiga orang untuk menghabiskannya. Ada tiga iga dengan daging tebal dan ukuran sangat besar berada dalam satu mangkuk. Tidak hanya itu, sajian sop konro juga dilengkapi dengan telur asin dan kerupuk yang justru terlihat tidak selaras. Rasa yang lebih baik baru muncul ketika sambal hijau dimasukkan ke dalam kuah.
Sebagai penutup, Demenu sebenarnya memiliki menu ketan durian. Namun sayang, hari itu Tempo kurang beruntung tidak dapat mencicipi menu penutup itu dengan alasan habis. Akhirnya pilihan menu penutup jatuh pada Jejongkong Kelapa Muda. Bubur sumsum yang disajikan bersama gula aren, air daun pandan, dan kelapa muda. Aroma pandan dan penampilannya sangat menggugah selera, ditambah lagi dengan tekstur bubur sumsum yang sangat legit. Setidaknya manis Jejongkong Kelapa Muda ini dapat mengobati kekecewaan rasa konro yang mirip rawon itu.
CHETA NILAWATY
Terpopuler:
Hari Pariwisata Dunia, Ada Apa di Surakarta?
Ekowisata Masih Banyak Digarap Pebisnis Asing
Sate Blekok Khas Gresik
Berburu Senja dari Atap Pencakar Langit
Surakarta Kembangkan Wisata Susur Bengawan Solo