TEMPO.CO, Palangkaraya - Selama musim kemarau pada Juli-September 2014, api membakar 21,26 hektare hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kebakaran lahan tersebut, antara lain, terjadi di Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, dan Sebagau.
“Selama hampir tiga bulan kemarau di Kalteng, di Kota Palangkaraya telah terjadi 120 kejadian kebakaran hutan dan lahan. Dari jumlah itu, baru sekitar 92 kejadian yang bisa kita dipadamkan,” ujar Wakil Wali Kota Palangkaraya Mofit Saptono, Selasa, 23 September 2014. (Baca juga: Kebakaran Hanguskan 629 Hektare Hutan Kalteng)
Masalah yang dihadapi tim di lapangan yakni sulitnya memperoleh sumber air untuk pemadaman dan lokasi kebakaran yang sulit dijangkau lewat darat.
Menurut Mofit, saat ini jumlah tim serbu api kelurahan (TSAK) di Kota Palangkaraya mencapai sekitar 17 regu. Setiap regu terdiri atas 10-15 warga sekitar.
Kepala Deputi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ridwan Djamaludin mengatakan pihaknya terus berupaya mendatangkan hujan dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) melalui darat. “Teknologi TMC darat yakni berupa teknologi dengan pembakaran bahan-bahan kimia, yaitu adanya penghantaran partikel bahan semai ke dalam awan melalui pembangkit yang ditempatkan di permukaan (ground) dan sudah dimulai sejak Agustus lalu,” ujarnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya I Wayan Mustika menuturkan musim hujan di Provinsi Kalimantan Tengah akan dimulai Oktober mendatang. Daerah yang akan memasuki musim hujan di antaranya Kabupaten Pulang Pisau, Palangkaraya. “Namun untuk wilayah Kabupaten Gunung Mas dan Murung Raya diprediksi musim hujannya di bawah normal,” ujarnya.
KARANA W.W.
Berita lain:
Rincian Anggaran Rapat Kementerian Rp 18 Triliun
Jokowi Emoh Ditanya Lagi Soal Jakarta
Skandal Foto Bugil Vanessa Berdampak Kariernya?