TEMPO.CO, Jakarta - Sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang menandai bahwa suatu produk mebel ramah lingkungan menjadi andalan Indonesia untuk menembus pasar furnitur Amerika Serikat. "Setiap produk furnitur Indonesia yang siap ekspor telah terjamin ramah lingkungan dan pasti telah memenuhi SVLK," kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chicago, Wijayanto, di Chicago, melalui surat elektronik, Selasa, 23 September 2014.
Wijayanto menyatakan delegasi Indonesia baru mengikuti pameran International Casual Furniture and Accessories Market yang diselenggarakan pada 16-19 September 2014 di Chicago. Pameran ini merupakan salah satu terobosan penting untuk mengangkat produk Indonesia di kancah persaingan produk furnitur dunia. "Sambutannya bagus," ujarnya. (Baca: Industri Mebel Terkendala)
Dalam pameran itu, Indonesia menyertakan delapan perusahaan dari 218 peserta yang ikut pameran. Kehadiran dua perusahaan furnitur Indonesia, yaitu Elmas dan Maraton Kencana, difasilitasi oleh ITPC Chicago. Perusahaan Indonesia lain yang hadir di pameran ini antara lain Ateja, Universal, Jewels of Java, Elanamar Design, Mulia Manufacturing, dan Tanjaya.
Saat ini, Cina merajai produk furnitur di Negeri Abang Sam dengan nilai US$ 24 miliar atau 50 persen dari total nilai impor furnitur AS. Sedangkan Indonesia tertinggal di deretan kedelapan dengan nilai impor US$ 713 juta atau hanya 2 persen dari total nilai impor furnitur AS. "Indonesia berpotensi untuk terus meningkatkan pangsa pasar produk furnitur di AS. Kuncinya adalah rajin membaca tren furnitur di AS dan juga gencar berpromosi," kata Wijayanto.
Dalam lima tahun terakhir, nilai impor produk furnitur di Amerika Serikat terus berkembang dengan rata-rata 6,2 persen per tahun hingga mencapai US$ 21,5 miliar. Nilai tersebut diprediksi akan terus meningkat sekitar 7,1 persen hingga 2019.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler