TEMPO.CO, New York: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangannya soal militer yang efektif dan bagaimana bangsa-bangsa bertindak bersama mencegah dunia dari keterpurukan. Hal tersebut disampaikan SBY saat memberikan pidato di hadapan sekitar 1.000 kadet atau taruna Akademi Militer (The United States Military Academy) di West Point, Orange County, di barat Sungai Hudson, Amerika Serikat, Senin siang atau Selasa pagi waktu Indonesia, 22 September 2014.
"Pertama, solusi yang hanya bergantung pada tindakan militer semata tidak akan menyelesaikan keterpurukan," kata SBY. (Baca juga: SBY Ceramahi 1000 Kadet Militer AS di West Point)
Menurut SBY, penyelesaian komprehensif yang melibatkan solusi politik dan soft power maupun smart power diperlukan. Dia memberi contoh dalam menyelesaikan masalah Negara Islam Suriah (ISIS) tidak hanya militer semata. Tindakan untuk mencegah agar generasi masa depan tidak meniru ideologi mereka juga diperlukan. SBY memberi contoh program deradikalisasi yang dilakukan Indonesia.
Kedua, SBY mengungkapkan perlunya penyelesaian politik dan diplomasi dikedepankan ketimbang berperang. "Mengakhiri sebuah perang lebih sulit daripada memulainya," kata SBY.
Meski tidak mudah, SBY memberi contoh penyelesaian masalah Timor Leste, perbatasan dengan Filipina dan Singapura yang berhasil dituntaskan secara diplomatis dan politis.
Ketiga, SBY juga menegaskan perlunya pembangunan kepercayaan melalui pertukaran pendidikan, latihan militer bersama terutama di bidang antiterorisme, penanganan bencana, serta misi perdamaian. Dia menegaskan pentingnya peran pemimpin atau politikus untuk mencegah perang.
SBY tiba di Amerika Serikat pada Sabtu, 20 September. Pada Selasa ini, SBY akan menghadiri UN Climate Summit 2014: Catalyzing Action dan menyampaikan pidatonya di Ruang Sidang Majelis Umum.
NATALIA SANTI
Berita lain:
Bebas Murni, Begini Kata Ariel Noah
Pembuat Faktur Pajak Palsu Ditangkap
Bantu TNI, Tahir: Tak Ada Makan Siang Gratis