TEMPO.CO , Jakarta - Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global dari semula 4,6 persen menjadi 3,1 persen tahun ini. Namun, turunnya proyeksi pertumbuhan perdagangan global tidak membuat pemerintah Indonesia khawatir. (Baca: WTO: Pertumbuhan Perdagangan Global Melemah).
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Nus Nuzulia Ishak, Kementerian Perdagangan tetap optimistis target ekspor tahun ini akan tercapai. “Saya kira turunnya proyeksi pertumbuhan perdagangan global secara keseluruhan tidak akan terlalu berdampak,” katanya kepada Tempo, Kamis, 25 September 2014.
Nus menambahkan, keyakinan itu didasari perhitungan WTO yang menyebut belum pulihnya ekonomi Eropa sebagai penyebab menurunnya proyeksi perdagangan dunia. Kinerja ekspor Indonesia ke Eropa memang terpengaruh. Namun, menurut dia, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong pengalihan target ekspor ke kawasan potensial lain, seperti Uni Emirat Arab, Afrika, dan Amerika Latin. “Ekspor Uni Emirat periode Januari-Juni 2014 naik 69 persen,” ujarnya. Karena itu, ia merasa optimistis target pertumbuhan ekspor tahun ini yang ditetapkan sebesar 4,1 persen menjadi US$ 190 miliar masih akan tercapai. “Kita masih on track.” (Baca: Proteksionisme Meningkat, Perdagangan Dunia Tambah Buruk).
Sementara itu, benturan antar-anggota WTO sering kali terjadi karena ketidakpuasan dan menjadikan badan internasional ini tempat untuk mengajukan gugatan. Sebagai negara anggota WTO, Indonesia pun tak luput dari gugatan yang diajukan negara lain. Pada April lalu, Rusia memberikan notifikasi kepada WTO yang menyatakan syarat kadar peroksida minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Indonesia harus 0,9 persen saat sampai di Rusia. Negara itu mencekal CPO asal Indonesia. (Baca: WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun).
Menteri Perdagangan M. Luthfi menilai pencekalan Rusia adalah salah satu strategi untuk mendapatkan sumber CPO lain yang jaraknya lebih dekat. “Rusia melakukan itu untuk menghindari pembayaran yang mahal jika mendatangkannya dari Indonesia,” tuturnya di Jakarta, Rabu, 24 September 2014.
PINGIT ARIA | YOLANDA RYAN ARMINDYA
Berita Terpopuler
Wartawati Tempo Dilecehkan Simpatisan FPI
Soal Gantung Diri di Monas, Anas: Siapa Bilang?
Adnan Buyung: Jaksa Penuntut Anas Bodoh
6 Orang Mati, Vonis Anas, dan Skandal Hambalang