TEMPO.CO, Situbondo - Kawasan sabana seluas 600 hektare di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, terbakar. Bencana ini terjadi sejak bulan Juni hingga September 2014. "Kebakaran terakhir terjadi Kamis sore kemarin," kata Kepala Taman Nasional Baluran Emy Endah Suwarni, kala dihubungi Tempo, Jumat, 26 September 2014.
Menurut Emy, vegetasi sabana yang terbakar berada di resort Batu Numpuk, Labuan Merak, Perengan, Bitakol, dan Bekol. Terbakarnya sabana diduga kuat ulah orang gila dan warga yang ingin mengambil hasil hutan. Hutan Baluran selama ini memang menjadi tempat pembuangan orang gila dari berbagai daerah. "Tapi belum ada pembakar hutan yang berhasil kami tangkap," kata dia. (Baca: Banteng Pembiakan Semi Alami Lahir di Baluran)
Warga yang sengaja membakar untuk mengambil hasil hutan diduga masuk melalui dua jalur, yakni Kacangan-Karangtekok dan Batangan-Bekol. Kebakaran di Baluran mudah terjadi sebab ekosistem hutan di Baluran yang spesifik kering dan didominasi tipe sabana.
Emy memprediksi musim kemarau berlangsung hingga Oktober mendatang. Oleh karena itu, agar kebakaran tak terjadi lagi, Taman Nasional Baluran sedang mengintensifkan penyuluhan dan patroli.
Kepala Brigade Pengendali Kebakaran Hutan Baluran, Dikaryanto, mengatakan kebakaran hutan selalu melanda Taman Nasional Baluran setiap musim kemarau. Pada 2012 lalu, api membakar 549 hektare sabana. Setahun kemudian, sabana seluas 700 hektare juga terbakar.
Ada 49 titik jalan masuk dengan luas sekitar 1.000 hektare di luar kawasan taman nasional yang sering dipakai para pemburu. Di lain pihak, jumlah petugas lapangan hanya 31 orang. Kurangnya petugas lapangan inilah yang menjadi kendala serius untuk mengantisipasi kebakaran. Taman Nasional Baluran memiliki 444 jenis tumbuhan dan 26 jenis jenis mamalia, di antaranya banteng yang jadi maskot Baluran.
IKA NINGTYAS