TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berniat menggusur lokalisasi Kalijodo di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Selain lokalisasi, Ahok juga akan membongkar permukiman liar di daerah tersebut. (Baca: Ahok Akan Gusur Lokalisasi Kalijodo)
Namun, kata Ahok, penggusuran Kalijodo dilakukan jika rumah susun untuk menampung warga sudah siap. "Karena memang harus ada tempat untuk mereka," kata Ahok di Taman Kota Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 27 September 2014. (Baca: Ahok Tanam Pohon di Dekat Kalijodo)
Untuk itu, Ahok menyiapkan Rumah Susun Daan Mogot, Jakarta Barat, untuk menampung warga Kalijodo. Menurut Ahok, kehidupan warga akan lebih baik jika tinggal di rusun yang disediakan pemerintah ketimbang di permukiman liar atau lokalisasi. (Baca juga: Ramadan, Prostitusi Kalijodo Tutup hingga Ahad)
Di rusun tersebut, warga sudah mendapatkan pelbagai fasilitas dengan harga sewa yang relatif murah. Golongan paling rendah bisa menyewa rusun dengan tarif Rp 100 ribu sebulan. Untuk golongan yang lebih baik, harga sewa dipatok Rp 300-400 ribu. "Sudah dilengkapi gas, air minum, dan fasilitas lain," katanya. (Baca: Warga Kalijodo Mau Dipindah ke Rusun, Asal...)
Lokalisasi Kalijodo terletak di pinggir Kanal Banjir Barat. Rumah-rumah semipermanen berjejeran di sepanjang kanal yang dibangun pemerintah Belanda tersebut. Rumah atau akrab disebut wisma itu biasa digunakan para lelaki hidung belang untuk berkencan. Ada beberapa rumah dan wisma yang berfungsi sebagai diskotek dan menjual minuman keras.
Permukiman Kalijodo yang ada sejak 1930-an cukup padat. Di daerah tersebut, ada sekitar 3.000 warga yang tersebar di sembilan RT dan satu RW. Pemerintah pernah menertibkan lokalisasi itu sekitar tahun 1990, tapi tak berhasil. Lokalisasi itu tetap hidup.
ERWAN HERMAWAN
Berita Terpopuler
UU Pilkada Tak Berlaku di Empat Daerah Ini
Pilkada, PPP: Demokrat Mainkan Skenario Prabowo
Prabowo Senang Pilkada Langsung Dihapus