TEMPO.CO, Surakarta - Puluhan lurah di Kota Solo belajar membatik dalam acara Festival Laweyan. Festival ini digelar untuk menyongsong Hari Batik yang diperingati tiap 2 Oktober. Lurah Laweyan yang juga menjadi peserta, Yuyun Yuniman, menunjukkan hasil karya membatiknya yang tampak rapi. Tak ada tetesan lilin pada kain.
"Saya sudah biasa diajari oleh warga," kata Yuyun yang sudah empat tahun menjadi Lurah Laweyan, Sabtu 27 September 2014. Hasil karya Yuyun tampak berbeda dengan anak buahnya, Gladiator Joko Irianto.
Meski sudah bertugas di Kelurahan Laweyan selama delapan tahun, hasil membatik Gladiator, tampak centang perenang. Padahal, setiap hari Gladiator menyaksikan gerai batik di sekitar kantor tempatnya bekerja. "Namun baru sekarang bisa kesampaian untuk belajar membatik. Ternyata tidak mudah," kata Gladiator.
Sekretaris Komunitas Kampoeng Batik Laweyan, Gunawan Muhammad Nizar, mengatakan membatik butuh keahlian dan ketelitian. Apalagi, batik gaya Solo dikenal dengan motif yang rumit dengan garis-garis yang sangat halus. "Batik bukan sekadar kain, namun sebuah karya seni," katanya.
AHMAD RAFIQ
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD | Parkir Meter | IIMS 2014
Berita terpopuler lainnya:
UU Pilkada Tak Berlaku di Empat Daerah Ini
Pilkada, PPP: Demokrat Mainkan Skenario Prabowo
Prabowo Senang Pilkada Langsung Dihapus
UU Pilkada, Netizen Minta SBY Stop Bersandiwara
SBY Kontak Pramono Sebelum UU Pilkada Direvisi