Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asal-usul Teknik Pembuatan Alat Batu Levallois

image-gnews
Artefak yang di temukan di Oman. Foto:Yamandu Hilbert
Artefak yang di temukan di Oman. Foto:Yamandu Hilbert
Iklan

TEMPO.CO, Storrs - Penemuan arkeologis di Armenia menunjukkan bahwa teknik pembuatan alat batu Levallois bukan hanya berasal dari daratan Afrika. Temuan ini juga menyanggah anggapan sebelumnya yang menyebutkan peradaban batu di seluruh dunia berasal dari proses eksodus manusia Afrika.

Antara 200-300 ribu tahun lalu di Eurasia dan Afrika, manusia purba mengembangkan metode pembuatan alat batu yang cukup maju yang dikenal dengan teknologi Levallois. Disebut begitu karena pertama kali ditemukan di Prancis.

Teknik pembuatan Levallois adalah membentuk pecahan batu dari ukuran tertentu menjadi sebuah alat. Ujung-ujung batu tersebut diasah supaya tajam dengan alat pemangkas. Walhasil, batu itu menjadi alat-alat seperti pisau dan semacamnya untuk berburu.

Sebelum mengenal teknik Levallois, manusia purba menggunakan teknik bifacial. Teknik ini biasanya menghasilkan kapak batu dengan cara membuang ujung-ujung yang tajam. Tapi, menurut beberapa arkeolog, teknik ini lebih menghabiskan banyak bahan dalam proses pembuatan alat dibandingkan teknik Levallois. (Lihat foto: Artefak Berlapis Emas Hilang di Museum Gajah)

Para ahli arkeologi percaya bahwa teknik Levallois diciptakan di Afrika dan akhirnya menyebar ke daratan Eurasia saat manusia Afrika eksodus. Akibatnya, cara ini menginvasi teknik bifacial manusia lokal. Namun, tim peneliti dari University of Connecticut, Amerika Serikat, menemukan teknologi Levallois di daratan Eurasia secara independen.

Tim menuliskan hasil penggalian dari situs arkeologi Armenia ini di jurnal Science, pekan lalu. Situs tersebut dikenal dengan nama Nor Geghi 1, atau NG1. Pada 1990-an, saat militer Armenia ingin meratakan tanah di atas situs tersebut, mereka menemukan beberapa artefak. Kemudian, pada 2008 situs tersebut mulai digali. (Baca juga: Gua Pawon, Rumah Orang Bandung Purba)

Situs Nor Geghi 1 menunjukkan umur tanah antara kisaran 200-400 ribu tahun. Analisis sedimen dan abu vulkanik yang tertera pada artefak juga menunjukkan umur 325-335 ribu tahun.

"Saat itu dataran ini merupakan dataran yang indah dan lengkap dengan vegetasinya, serta iklim yang mirip dengan saat ini," kata pemimpin penelitian Daniel Adler, pakar arkeologi paleolitik dari University of Connecticut, seperti dikutip Livescience.com, Senin, 29 September 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Artefak batu, yang terbuat dari batuan vulkanik obsidian, mengungkapkan bahwa penduduk di daerah itu menggunakan teknik bifacial dan Levallois pada waktu bersamaan. "Bukti awal penggunaan teknik tersebut," Adler menambahkan. Populasi di sana, menurut dia, tampaknya mengembangkan dua teknik tersebut.

Temuan ini juga menunjukkan bahwa inovasi teknik pembuataan alat batu terjadi secara sporadis dalam waktu yang singkat pada masa lampau. Bisa dibilang, kata Adler, manusia purba memiliki inovasi teknologi yang beragam.

Menurut hasil analisis karbon, bahan batuan untuk membuat alat batu tersebut sama dengan batuan di lokasi yang berada 120 kilometer dari situs. Hal ini menunjukkan eksploitasi bahan didapat dari beragam wilayah.

Memang belum jelas siapa yang memproduksi artefak di situs ini. Hanya, beberapa artefak tersebut lebih tua dari munculnya manusia modern, yang muncul sekitar 200 ribu tahun lalu di Afrika.

AMRI MAHBUB

Berita Lainnya:
Greysia, Beda Karakter Kompak di Lapangan
Asian Games, Indonesia Bisa Raih 3 Medali Hari Ini 
Keliru Merotasi Pemain, Inter Milan Kalah Telak 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

4 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

23 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

28 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

28 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

29 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

46 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.