Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wayang Cina-Jawa Dipentaskan Lagi

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Pengunjung memainkan wayang kulit Cina yang dipamerkan di Wayang Goes To Campus, Balairung UI, Depok, Jawa Barat,(4/4). ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pengunjung memainkan wayang kulit Cina yang dipamerkan di Wayang Goes To Campus, Balairung UI, Depok, Jawa Barat,(4/4). ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Setelah vakum lantaran dalang sekaligus pembuat wayang Cina-Jawa (wacinwa), Gan Thwan Sing, meninggal dunia pada 1967, satu-satunya wayang kulit hasil akulturasi budaya Cina-Jawa itu akan dipentaskan lagi pada 6 Oktober 2014 di pendapa Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

Pementasan wacinwa dengan lakon Sie Jin Kui Ngumbara dan Sie Jin Kui Wiratamtama oleh dalang Ki Aneng Kriswantoro dari jurusan pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. “Kebetulan yang menyimpan koleksi wayang wacinwa hanya Museum Sonobudoyo dan Museum Uberlingen di Jerman,” kata Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani, Senin, 29 September 2014.

Awalnya, orang Tionghoa, Gan Thwan Sing (1895-1967) yang tinggal di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, membuat wayang itu pada 1925. Perpaduan budaya Cina-Jawa terlihat dari boneka wayang dan lakonnya. Boneka wayang tak berbentuk seperti boneka dalam wayang potehi, melainkan wayang dari kulit kerbau. Bahkan kepala wayang bisa diganti sesuai karakternya. Lakon diambil dari kisah komik Cina, yaitu Sie Jin Kui, tetapi dibawakan dengan cara Jawa diiringi gamelan, kelir, dan sinden.

Gan membuat dua set wayang wacinwa masing-masing sekitar 200 anak wayang. Satu set wayang dengan lakon Sie Djin Koei Tjeng Tang (Sie Jin Kui menyerbu ke timur) koleksi Sonobudoyo, dan Sie Djin Koei Tjeng See (Sie Jin Kui menyerbu ke barat) yang disimpan di Jerman. “Museum sudah membuat replikanya. Itu untuk ditampilkan di hadapan publik,” kata Riharyani.

Uniknya, tak satu pun wayang wacinwa yang diberi nama sesuai penokohannya. Sehingga tim kecil yang terdiri dari staf Museum Sonobudoyo Danang Sujarwa, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dwi Woro Retno Mastuti, dan Sasrita Kanya Pramasvati, serta akademikus jurusan pedalangan ISI Yogyakarta, Hanggar Budi Prasetya, menelusuri berdasar komik kisah Cina itu. Karena tak ada saksi sejarah dan pewaris pengetahuan wayang wacinwa, mengingat lima dalang sebagai pengganti Gan lebih dahulu meninggal. “Akhirnya hanya 50-an wayang yang berhasil diberi nama. Itu pun tak 100 persen yakin benar,” kata Hanggar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia berharap pementasan kembali wayang wacinwa itu akan menambah referensi publik tentang identitas wayang. Kisah Sie Jin Kui juga dipentaskan dalam bentuk ketoprak lesehan dengan judul Sudira Tandhing dengan sutradara seniman ketoprak Bondan Nusantara pada 8 Oktober 2014 di Jogja Galery. Sedang pada 3-10 Oktober 2014 digelar pameran wacinwa di galeri barat laut Alun-alun utara itu.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Baca juga:
Jokowi: Koalisi Merah Putih bagai Kerikil
Sesuai Target, Hendra/Ahsan Sabet Medali Emas
Raih Medali Emas Kedua, Indonesia Naik Rangking 14
Rooney Putuskan Pensiun di MU

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

21 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

2 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

36 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

43 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

43 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

47 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.


Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.


Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?