TEMPO.CO, Jakarta - Para pelajar di Indonesia mendapatkan satu program baru untuk belajar matematika dan sains dengan lebih menarik. Universitas Siswa Bangsa Internasional-the Sampoerna University meluncurkan program Science, Math, Art, Engineering and Technology Laboratory (SMART Lab) di Indonesia. Program yang didanai oleh Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) ini ditujukan untuk meningkatkan pendidikan sains, teknologi, teknik, dan matematika di tingkat sekolah menengah atas.
USBI-the Sampoerna University adalah satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menjadi pelaksana utama program kemitraan kampus USAID. Program SMART Lab ini juga melibatkan lembaga lain, seperti Intel Indonesia, the New York Hall of Science, dan Tufts University, Massachusetts.
"Program ini bisa menjadi ujung tombak dalam mengenali pelajaran matematika dan sains yang inovatif dan menyenangkan," kata Rektor USBI-the Sampoerna University, Aman Wirakartakusumah, dalam acara peresmian program di Auditorium USBI, Selasa, 30 September 2014.
Aman mengatakan sudah ada dua SMA di Jakarta dan Jawa Timur yang menjadi proyek percontohan program SMART Lab. Menurut Aman, para guru juga perlu mendapatkan pelatihan yang mengintegrasikan teknologi. Jika pelajaran matematika dan sains jadi menyenangkan, menurut Aman, minat para pelajar di bidang tersebut juga akan berkembang. "Ini baru tahap awal kerja sama dengan USAID. Berikutnya semoga ada perkembangan pada sekolah-sekolah di kota lain," kata Aman. (Baca juga:LSM Tuding Isi Buku Kurikulum 2013 Tidak Mendidik)
Program SMART Lab dibuat untuk meningkatkan kemampuan matematika dan sains para pelajar Indonesia. Laporan studi Programme for International Student Assesment 2012 menyebut Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 65 negara dalam bidang pendidikan matematika dan sains. (Baca juga: Mahasiswa ITS Raih Emas Kompetisi Matematika Dunia)
Laporan survei Trends in International Mathematics and Science Study pada 2011 menyebut Indonesia ada di peringkat 38 dan 40 dari 42 negara peserta dalam kemampuan pemahaman matematika dan sains untuk kelas 8. Sejak 1999, Indonesia ikut berpartisipasi dalam studi yang dilangsungkan setiap empat tahun itu. (Baca juga: Noe Letto Kerap Diminta Kuliah Umum di Kampus)
Derrick Brown, Acting Mission Director USAID, mengatakan kegiatan di SMART Lab dirancang agar pelajar bisa mempelajari matematika dan sains dengan cara menyenangkan. Laboratorium itu memberi kesempatan para pelajar mengaplikasikan pelajaran dengan merancang proyek sendiri. "Para peserta bisa bereksperimen dengan robot atau menggunakan laser untuk menghitung jumlah pengguna jalan," kata Derrick.
GABRIEL TITIYOGA
Terpopuler:
50 Geoglif Ditemukan di Kazakhstan
Asal-usul Teknik Pembuatan Alat Batu Levallois
Pintu Kecil di Kulkas untuk Hemat Listrik
Wabah Ebola Diramalkan Berakhir Januari 2015
Bill Gates Jadi Orang Terkaya di Amerika