TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Persusuan Nasional menyatakan program kedaulatan pangan presiden terpilih, Joko Widodo, di bidang susu dipastikan bakal berat. Sebab, produksi susu segar dalam negeri saat ini menunjukkan posisi yang kritis. "Produksi susu segar dalam negeri sudah lampu merah," kata Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 Oktober 2014.
Menurut Teguh, produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 1.600 ton per hari atau senilai Rp 7,2 miliar. Total produksi dengan nilai Rp 2,6 triliun per tahun itu dihasilkan dari sekitar 100 ribu peternak sapi perah rakyat.
Baca Juga:
Angka tersebut tak sebanding dengan impor susu baik untuk kebutuhan bahan baku industri ataupun sebagai produk olahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di tahun 2013, impor susu mencapai US$ 1,318 miliar (setara Rp 15,7 triliun). Artinya dibandingkan dengan nilai impor, produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 16,5 persen. "Ada indikasi penurunan dalam 10 tahun terakhir," ujarnya.
Teguh menyebutkan, impor susu selama ini berasal dari Selandia Baru sebanyak 24 persen dari kebutuhan nasional. Selain itu Amerika Serikat (21 persen), Australia (13 persen), Prancis (10 persen), dan Belanda (8 persen).
Dari sisi populasi sapi perah, angkanya juga memprihatinkan. Hasil Sensus Pertanian BPS 2013, populasi sapi perah betina hanya sekitar 350 ribu ekor yang terdiri dari pedet sampai sapi laktasi. Angka ini turun drastis dibandingkan dengan sensus BPS di tahun 2011 di mana populasi sapi perah betina sekitar 420 ribu ekor.
Sementara itu, data Gabungan Koperasi Susu Indonesia menyebutkan sapi perah yang laktasi saat ini hanya sekitar 200 ribu ekor.
AYU PRIMA SANDI
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi: Siapa Bilang Harga BBM Naik November?
Tim Transisi: November, Harga BBM Naik Rp 3.000
1 Januari 2015, Tiket Kereta Ekonomi Tak Disubsidi
Ditemuka Potensi Panas Bumi Baru di Bengkulu