TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan pimpinan DPR melalui jalan yang panjang dan emosional. Setelah 560 anggota DPR periode 2014-2019 dilantik, pimpinan sidang, Popong Otje Djundjunan, meminta persetujuan untuk digelar rapat konsultasi agar setiap partai politik melakukan lobi ihwal struktur pimpinan DPR dan fraksi-fraksi. (Baca: Mic Mati & Dizalimi Bikin Koalisi Jokowi Walk Out)
Anggota Dewan kemudian memulai rapat konsultasi pada Rabu, 1 Oktober 2014, pukul 14.00. Dalam rapat tersebut, koalisi partai pendukung Jokowi--PDIP, Hanura, PKB, dan NasDem--meminta pimpinan sidang tak buru-buru menetapkan struktur pimpinan DPR karena masih diperlukan lobi. Lagi pula, kader Partai NasDem yang baru masuk parlemen perlu mempelajari Tata Tertib DPR terlebih dahulu. (Baca: Setya Novanto Cs Jadi Pimpinan DPR, PDIP Kalah 2-0)
Namun belum juga selesai rapat konsultasi dan lobi-lobi politik, seluruh perwakilan partai koalisi pendukung Prabowo Subianto--Gerindra, Golkar, PKS, PPP, dan PAN--buru-buru keluar dari ruang rapat konsultasi di Gedung Nusantara. (Baca: Puan: Kami Ajak SBY Bertemu, Tapi Tak Ada Respon)
Bersama ketua sementara Dewan Perwakilan Rakyat Popong Otje Djundjunan dari Partai Golkar dan Ade Rezki Pratama dari Partai Gerindra, mereka menyatakan rapat paripurna pemilihan pimpinan DPR akan dilakukan malam itu juga. Padahal rapat konsultasi belum ditutup. (Baca: Pimpinan DPR Dikuasai Pro-Prabowo, Puan: Zalim)
Para perwakilan koalisi tersebut sibuk menelepon anggotanya untuk kembali ke ruang rapat. Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah berteriak di tengah kerumunan wartawan. "Malam ini paripurna!" katanya, Rabu, 1 Oktober 2014. (Baca: Setya Novanto Cs Jadi Pimpinan DPR, PDIP Kalah 2-0)
Sikap sepihak tersebut langsung menyulut protes dari koalisi Jokowi. Politikus PKB, Anna Muawanah, langsung naik ke podium di ruang rapat dan bersuara keras. Ia berulang kali mengatakan rapat konsultasi belum ditutup dan masih ada agenda yang belum dibahas. (Baca: Pemilihan Pimpinan DPR Tergesa-gesa, Fahri Hamzah: Demi Jokowi)
"Rapat belum ditutup! Kami akan buka rekaman rapat bahwa rapat ini memang belum ditutup tapi kesekjenan DPR dan pimpinan sementara langsung keluar," kata Anna. Saat koalisi Prabowo berbondong-bdong ke luar ruangan, koalisi Jokowi bertahan dan berharap lawan politiknya tersebut kembali. Tapi protes mereka diabaikan. (Baca juga: Ibas: Kami Sepaham dengan Koalisi Prabowo)
Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan empat partai anggota koalisinya akan berkonsultasi untuk mengambil sikap atas pemaksaan rapat paripurna tersebut. Salah satunya, melakukan interupsi. "Dalam politik, kesabaran juga ada batasnya," kata Tjahjo.
Ketua Fraksi Partai NasDem Viktor Laiskodat mengatakan pemaksaan rapat paripurna adalah inisiatif koalisi Prabowo. Dia menjelaskan, ada sembilan agenda dalam rapat konsultasi. Saat rapat konsultasi bubar, masih ada tujuh agenda lain yang belum dibahas.
Rapat konsultasi juga diwarnai skors beberapa kali karena sejumlah partai meminta waktu konsultasi internal. Pada pukul 21.00, akhirnya rapat paripurna langsung dilaksanakan karena Fraksi Demokrat telah memihak ke koalisi Prabowo. "Padahal belum dibahas juga apa agenda rapat paripurnanya," kata Viktor. "Ini sangat memaksa."
Sidang paripurna pemilihan pimpinan DPR akhirnya digelar. Empat partai pendukung Jokowi walk-out. Meski demikian, pengesahan pimpinan DPR tetap dilakukan. Posisi Ketua DPR diduduki Setya Novanto (Golkar), sedangkan wakil-wakilnya adalah Agus Hermanto (Demokrat), Taufik Kurniawan (PAN), Fadli Zon (Gerindra), dan Fahri Hamzah (PKS).
FRANSISCO ROSARIANS | TIKA PRIMANDARI
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Megawati ke Gus Dur: Sampeyan Enak, Saya Pusing
Keluarga Adam Malik Gugat Bank Swiss Bikin Heboh
Berapa Uang Saku Pelantikan Anggota DPR?
Duka Pewaris Naskah 'Genjer-genjer'