TEMPO.CO , Jakarta- Aksi jual yang melanda bursa saham sejak akhir September 2014 akhirnya mereda setelah data inflasi dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) lebih baik dari ekspektasi. Pada Rabu, 1 Oktober 2014, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menguat 3,33 poin (0,06 persen) ke level 5.140,913.
Saham yang ditransaksikan sebanyak 5,8 miliar lembar saham senilai Rp 5,6 triliun. Investor asing mencatat penjualan bersih Rp 388 miliar. Analis dari PT Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, mengatakan indeks menguat karena investor membeli saham-saham yang harganya turun. (Baca: Ambil Untung Berlanjut, IHSG Kemungkinan Melemah).
Selain itu, pasar saham kembali cerah setelah BPS merilis data ekonomi yang lebih baik dari ekspektasi. Inflasi bulan September berada di level 27 persen, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 0,52 persen akibat kenaikan harga elpiji 12 kilogram.
Menurut Helen, laju inflasi mendorong pencapaian target akhir tahun di kisaran 4,5-5,5 persen. Rendahnya inflasi juga meredam kekhawatiran atas kenaikan suku bunga. "Saham-saham yang terkait inflasi dan suku bunga langsung diborong investor, terutama perbankan, konstruksi, dan properti." (Baca: Investor Tunggu Susunan Kabinet Jokowi-Kalla).
Meski menguat, pelaku pasar masih cenderung menunggu dan tidak terburu-buru untuk mengambil keputusan investasi. Pelaku pasar masih menebak siapa calon menteri bidang ekonomi dari pemerintahan Jokowi-JK. Hari ini, Kamis, 2 Oktober 2014, IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 5.080-5.1980. Melemahnya rupiah masih akan menghambat laju IHSG. "Disarankan melirik saham-saham perbankan, infrastruktur, konstruksi dan properti," ujar Helen.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Soal Revisi UU KPK, Bos KPK Serang Koalisi Prabowo
PAN: Jika Terbitkan Perpu, SBY Keblinger
SBY Siapkan Perpu Batalkan UU Pilkada
Begini Kemesraan Dua Terdakwa Pembunuh Ade Sara