TEMPO.CO, Jakarta - Rilis data ekonomi Badan Pusat Statistisk (BPS) berhasil menyelamatkan kurs rupiah dari keterpurukan. Namun rupiah masih dibayangi pelemahan akibat gonjang-ganjing politik setelah diputuskannya Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah tidak langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat. (Baca: Siapkan Perpu, SBY: Saya Ambil Risiko Politik)
Pada penutupan perdagangan Rabu, 1 Oktober 2014, rupiah menguat 53 poin (0,34 persen) pada level 12.135. Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, mengatakan kurs rupiah hanya terdorong data ekonomi domestik yang positif. Inflasi sebesar 0,27 persen serta defisit perdagangan US$ 318,1 juta memunculkan ekspektasi positif akan kinerja perekonomian dalam negeri. “Daya tarik rupiah kembali meningkat," katanya. (Baca: Agustus, Ekspor RI Merangkak 2,43 Persen)
Menurut Ibrahim, penguatan rupiah cukup mengejutkan di tengah tekanan likuiditas bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan isu politik dalam negeri. Ibrahim mengatakan rupiah masih dipengaruhi memanasnya situasi politik seusai polemik UU Pilkada. Rencana penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu) untuk membatalkan UU Pilkada oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai Ibrahim belum mampu menjadi katalis positif yang menggerakkan rupiah. (Baca: Perpu Pilkada SBY Dipastikan Mental di DPR)
Pada hari ini, Kamis, 2 Oktober 2014, rupiah diprediksi kembali melemah. Investor bersikap realistis dengan memperhatikan aset yang aman (safe haven) serta melepas yang berisiko. Rupiah pun diperkirakan akan bergerak terbatas pada rentang level 12.100–12.175 per dolar.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Soal Revisi UU KPK, Bos KPK Serang Koalisi Prabowo
PAN: Jika Terbitkan Perpu, SBY Keblinger
SBY Siapkan Perpu Batalkan UU Pilkada
Begini Kemesraan Dua Terdakwa Pembunuh Ade Sara