TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara Sigit Prabowo mengatakan situasi bisnis perunggasan nasional saat ini sangat memprihatinkan. Sebab, dalam beberapa bulan terakhir, keseimbangan harga sulit dicapai.
"Harga bibit ayam (day old chick/DOC) terus melambung seiring harga pakan yang tinggi, namun tidak dibarengi kenaikan harga jual ayam hidup," kata Sigit dalam diskusi bertajuk "Memperjuangkan Harga Ayam dan Telur di Atas HPP Peternak Rakyat" di Jakarta, Kamis, 2 Oktober 2014. (Baca: Harga Telur Anjlok, Peternak Ayam Bakar Kandang)
Menurut Sigit, gejala oversuplai memang dimungkinkan sebagai penyebab utama jatuhnya harga jual di pasar. "Oversuplai ini lantaran ketidakakuratan data, baik dari kalangan pelaku usaha pembibitan maupun pemerintah selaku pengatur impor grandparent stock," ujarnya.
Untuk itu, para peternak unggas menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah kelebihan pasokan ini. Menurut dia, pemerintah harus bertanggung jawab dengan wacana menggandakan konsumsi ayam nasional. (Baca: Daging Sapi Sumbang Inflasi Tertinggi di Jawa Timur)
Sebelumnya, Kementerian Pertanian bertekad mendongkrak konsumsi ayam dan telur menjadi dua kali lipat (double consumption) dalam lima tahun mendatang. Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan angka konsumsi daging ayam yang sekarang sekitar 7 kilogram per kapita per tahun ditargetkan menjadi 14 kilogram per kapita per tahun pada 2017.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler:
Chairul Tanjung: Tak Ada Anggaran untuk Lapindo
Ekonom: SBY-Mega Tegang, Program Jokowi Mandek
Kuasai Murphy Corp, Pertamina Belanja Rp 24,3 T
Gara-gara Ikan Tuna, Indonesia Bakal Kena Hukuman
Produksi Susu Indonesia Kritis