TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha senior Mooryati Soedibyo ikut menghadiri acara Batik Nasional. Acara yang berlangsung dengan pembukaan perhelatan Pasar Raya Tribute to Batik 2014 "Pasar Klewer Solo Pindah ke Jakarta" di Blok M, Jakarta Selatan, Kamis, 2 Oktober 2014. (Baca: Hari Batik, Ani SBY Bingung Cari Padanan Batiknya)
"Saya bangga, Indonesia akhirnya memiliki hari bersejarah yang menjadi heritage atau warisan luhur negeri ini," kata wanita yang biasa disapa Bu Moor ini.
Wanita kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 5 Januari 1928 ini mengakui bahwa jamu dan batik adalah Indonesia.
"Jangan dianggap sepele. Orang luar negeri itu terkagum-kagum dengan batik dan jamu yang memang aslinya dari sini, sarat dengan nilai-nilai di dalamnya. Hal itu yang harus diingat adalah jangan disepelekan hingga akhirnya diserobot dan diakui negara lain," kata pendiri dan presiden direktur perusahaan jamu Mustika Ratu ini.
Bu Moor juga memuji adanya konsep yang mengusung pasar atau sentra industri batik ke mal besar seperti sekarang. Menurut dia, hal ini merupakan pemasaran jitu dan bagian dari packaging atau kemasan untuk lebih mendekatkan batik dengan masyarakat urban dan mendekatkan kaum muda.
"Ada kesan kalau orang kaya batiknya pasti mahal dan berbeda. Itu benar karena setiap kalangan punya cita rasa terhadap batik yang berbeda satu sama lain," kata Bu Moor. Karena itu, dia setuju kalau dibuat pengelompokan batik mulai kelas bawah, menengah, dan atas. (Baca:Cara Bos Mustika Ratu Dukung Jokowi)
"Seperti jamu juga demikian. Meski esensinya menyehatkan, tetapi ada kelasnya masing-masing. Batik pun demikian. Ada batik yang bahannya dikenakan oleh orang-orang kaya atau kalangan menengah ke atas, ada juga batik untuk kelas menengah ke bawah. Esensinya ya batik indentitas Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu. " ujar dia.
HADRIANI P
Terpopuler
Cara Delevingne, Model Cantik Paling Berpengaruh
X2 Bangkit Dari Tidur
Tujuh Saran Kecantikan dari Para Ahli
Sruti Respati Ajak Jokowi Nyanyikan 'Ayo Ngguyu'