TEMPO.CO, Jakarta - Henny Setyo, 26 tahun, tampak bingung ketika seorang juru parkir menghampirinya ketika ia turun dari mobil. Henny yang baru saja parkir di Jalan Sabang Jakarta Pusat, diminta petugas untuk bayar parkir di awal. Ia langsung menyodorkan uang kepada petugas. "Saya bingung, mau saya bayar ongkosnya kok dia malah ajak saya ikutin dia," kata Henny. (Baca: Parkir Meter Butuh Pengawasan Ketat)
Juru parkir mengajaknya ke arah sebuah mesin parkir meter. "Saya baru tahu sekarang bayarnya pakai mesin ini. Ah, ribet banget," ujarnya. Henny tidak mencoba sendiri mesin itu. Ia hanya mengamati juru parkir ketika memasukkan data, dan langsung menerima struk tanda parkir. "Mereka enggak mau lagi terima uang parkir langsung, takut dipecat katanya. Tapi kan enakan langsung setor pergi gitu saja, enggak perlu repot," kata Henny. (Baca: Oktober, Parkir Meter dengan Uang Elektronik)
Henny mengeluh jika harus menukar uang kertas dengan uang koin untuk bayar ongkos parkir lewat mesin. Selain itu, ia juga merasa kerepotan jika harus antre memasukkan data ke mesin padahal ia sedang buru-buru untuk mencari sesuatu. "Untung tadi saya bisa tukar koin ke tukang parkir. Kalau lagi buru-buru bagaimana? Kalau lagi jam ramai makan siang bagaimana?" kata Henny menggerutu. (Baca: Juru Parkir Jalan Sabang Dibekali Kartu Elektronik)
Berbeda dengan Henny, Seno Harro, 33 tahun, mengatakan sistem bayar parkir dengan mesin sangat bagus diterapkan di Jakarta. Menurut dia, cara ini bisa membuat parkir jadi lebih rapi dan pendapatan negara dari ongkos parkir lebih transparan. "Bagus sih, seperti di luar negeri, jadi kalau ada yang melanggar bisa langsung terdeteksi dan ditilang," ujarnya.
Namun, Seno mengeluhkan jumlah mesin dan juru parkir terlalu sedikit. Ia menyarankan agar pemerintah menambah alat parkir tersebut sebanyak kapasitas parkir serong mobil. "Kalau di Amerika Serikat, tiap depan mobil ada mesinnya. Jadi satu mobil satu alat, sehingga enggak perlu antre dan jalan terlalu jauh," ujar Seno.
Seno yang sudah terbiasa memakai mesin meter parkir itu tak kesulitan saat akan memasukkan data. "Mungkin yang pada repot cuma perlu dibiasakan saja. Tapi lebih ringkas lagi kalau pakai kartu," ujar dia.
PUTRI ADITYOWATI
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Tim Transisi Jokowi: Peluang Koalisi Tertutup
Anulir UU Pilkada, SBY Teken Perpu
Chairul Tanjung: Tak Ada Anggaran untuk Lapindo
Dahlan Iskan Pernah Diancam Anaknya